Terdapat sebuah pemahaman iman yang meskipun kurang bertanggung jawab, namun ternyata dimiliki oleh cukup banyak orang. Pemahaman tersebut biasanya muncul dalam anggapan seperti ini, “Hidup itu dijalani dulu. Lebih baik jahat di masa sekarang, tapi bertobat di masa depan.” Anggapan ini marak dimiliki atau dipercayai oleh kaum muda dengan landasan pemahaman iman bahwa TUHAN adalah penuh kasih sehingga Ia akan selalu memberikan pengampunan pada saat umat-Nya bertobat kepada-Nya. Apakah anda juga pernah berpikir demikian? Secara tegas kita perlu mengakui terlebih dulu bahwa pemahaman dan sikap iman demikian merupakan tindakan manipulatif terhadap kasih TUHAN. Bahkan, lebih tepatnya sikap itu menjadi sebuah upaya dari manusia yang menganggap ia dapat memanipulasi kasih TUHAN.
TUHAN yang penuh kasih bukan berarti dapat dianggap remeh apalagi disia-siakan. Justru, kasih-Nya yang tak terbatas perlu direspons dengan ketegasan sikap dalam keutuhan komitmen. Musa pun memberikan nilai pengajaran demikian kepada bangsa Israel sebelum mereka menyeberangi sungai Yordan. Ia memberikan penegasan tentang konsekuensi dari sikap hidup yang tidak bertanggung-jawab kepada TUHAN. Setiap janji penyertaan dan berkat yang telah TUHAN sediakan bagi umat Israel yang segera memasuki tanah perjanjian tidak serta-merta mereka miliki serta terjadi untuk selamanya. Tetap ada hubungan sebab-akibat, konsep tabur-tuai, yang tidak dapat ditampik dalam kehidupan beriman. Itulah mengapa Musa begitu intens dalam memberikan peringatan bagi mereka agar tidak pernah sekalipun meninggalkan dan melupakan peringatan, ketetapan, perjanjian, serta firman TUHAN di tanah yang akan mereka miliki kelak. Peringatan ini sekaligu mengajarkan bangsa Israel bahwa setiap berkat TUHAN yang akan maupun sedang didapatkan pun perlu selalu dijaga dan dihargai secara bertanggung-jawab melalui komitmen yang teguh dalam mengikuti perintah TUHAN.
Sahabat Alkitab, sebagai umat TUHAN kita percaya bahwa Ia telah, sedang dan akan menyediakan berkat bagi setiap kita yang berserah penuh kepada-Nya. Namun, kita perlu mawas diri agar tidak terjebak dalam cara pandang iman yang tidak bertanggung-jawab hingga berujung pada sikap hidup yang justru semakin menjauhi TUHAN. Itulah mengapa, setiap hidup umat TUHAN perlu terus dirawat dan dijaga sesuai dengan firman TUHAN.