Ketika badai tak hanya mengguncang langit dan laut, tetapi juga dasar hati manusia, Mazmur 18:12–25 hadir sebagai gema batin seorang manusia yang terselamatkan. Di tengah kegelapan, awan-awan yang berarak, bersama hujan es dan bara api, alam menjadi panggung bagi intervensi Ilahi. Tuhan tidak hanya melindungi dari jauh, melainkan hadir secara aktif, mengulurkan tangan-Nya dan menarik pemazmur keluar dari arus deras kemalangan. Ia tidak sekadar membebaskan dari kekuatan yang mengancam, tetapi menempatkannya di ‘tempat lapang’. Sebuah ruang eksistensial di mana seseorang bisa bernapas, memilih, dan mengafirmasi hidup.
Dalam perspektif psikologis, kisah ini menyerupai gambaran trauma yang hampir melumpuhkan. Pemazmur berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya, kondisi yang memunculkan rasa tak berdaya. Namun, respons pemazmur bukanlah penyangkalan, melainkan seruan. Ia melakukan tindakan yang membuka jalan bagi pemulihan. Seruan itu adalah titik balik spiritual juga emosional, sebuah deklarasi bahwa meskipun realitas tampak mengancam, jiwa tetap mampu mencari pegangan. Resiliensi semacam ini lahir dari keberanian untuk mengakui ketergantungan dan harapan dalam satu tarikan nafas.
Pemazmur menunjukkan bahwa manusia tidak sepenuhnya korban keadaan. Sebagai buktinya, di tengah penderitaan, ia tidak kehilangan arah atau makna, bahkan justru penderitaan menjadi medium tempat makna baru dirumuskan. Ia memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, meskipun itu memungkinkan untuk dilakukan. Ia memilih hidup dalam kejujuran, integritas, dan kesetiaan kepada Tuhan. Inilah kebebasan sejati, bukan bebas dari derita, melainkan bebas untuk tetap setia dalam derita. Dalam konteks ini, keselamatan bukan sekadar keluar dari masalah, melainkan lahirnya karakter yang teguh di dalamnya.
Sahabat Alkitab, hari ini kita diajak menyelami ulang makna ‘kemalangan’. Bukan sebagai takdir muram yang tak bisa diubah, tetapi sebagai ruang hening tempat Tuhan mendekat. Prinsip keadilan-Nya ditegaskan, kebencian dijawab dengan kasih, kelicikan dijawab dengan hikmat-Nya. Dunia boleh bergerak dengan logika kekuasaan dan kompromi, tetapi pemazmur mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak membalas menurut ‘standar’ dunia, melainkan menurut terang kebenaran-Nya. Maka, siapa pun yang hari ini merasa terhimpit, diburu atau terbenam dalam derasnya hidup, ingatlah ada tangan yang mengulurkan dari atas sana. Tempat lapang itu nyata, dan ia disediakan bukan hanya bagi Daud, tetapi juga bagimu.