Kata radikal berasal dari bahasa latin radix yang berarti “akar”. Maka sesungguhnya makna kata tersebut sesungguhnya netral. Namun dewasa ini kata tersebut cenderung memiliki konotasi negatif karena dikaitkan dengan sikap beragama seseorang yang intoleran dan tidak menghargai perbedaan. Padahal kata “radikal” bisa saja dimaknai secara positif, salah satunya adalah untuk menaungi pemaknaan pertobatan berdasarkan perikop yang kita baca saat ini. Pertobatan haruslah dibuktikan dalam tindakan nyata sehari-hari dengan kesadaran untuk merealisasikannya senantiasa. Di tengah keterbatasan kita sebagai manusia, konsistensi itu hanya didapat bila pertobatan dilakukan dengan mengakar pada keberadaan kita sebagai umat Tuhan. Dalam bahasa yang sedikit provokatif, pertobatan itu hanya dapat berlangsung dengan konsisten bila dilakukan dengan “radikal”.
Ezra kembali meratapi dosa yang dilakukan oleh umat Israel. Raungan penyesalan dan kesedihannya telah diketahui umat. Kini saatnya umat Israel memberikan respon. Beruntung ada sambutan senada dari umat pada saat itu. Seorang rekan dari Ezra yakni Sekhanya bin Yehiel menguatkan Ezra dengan mengungkapkan penyesalan yang dirasakan umat Israel dan dengan demikian masih ada harapan bagi Israel. Mereka harus segera bertindak untuk memperbaiki kekeliruan yang terjadi.
Ezra sendirilah yang memimpin langkah pertobatan bagi Israel. Dia memerintahkan bahwa siapa saja yang menikah dengan orang-orang dari bangsa lain, harus memisahkan diri dari pasangannya. Perintah ini terlihat sebagai keputusan yang sangat berat, tetapi ketegasan inilah yang dibutuhkan dalam rangka pertobatan yang mengakar serta penegakkan komitmen untuk hidup kudus. Selain itu sanksi yang tegas juga diterapkan apabila ada orang-orang yang tidak melakukan ketentuan tersebut. Hal ini sungguh menunjukkan keseriusan dari Ezra serta umat Israel lainnya. Hal ini dilakukan agar penghukuman Allah tidak lagi terulang kepada bangsa tersebut. Selain itu mereka tengah memulai kembali kehidupan di Yerusalem, maka segala sesuatunya harus dimulai dari dasar yang kuat seperti ketaatan kepada Allah yang tanpa kompromi terhadap dosa.
Sahabat Alkitab, marilah kita juga berjuang untuk mewujudkan pertobatan yang begitu mengakar dalam kehidupan kita masing-masing. Hal ini terjadi agar kita tidak kembali kepada dosa yang sama. Dalam rangka memulai hal tersebut maka diperlukan kesadaran akan kemurahan Allah yang masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat. Ingatlah akibat dosa yang akan membawa kita kepada kebinasaan. Beralihlah kepada kekekalan berdasarkan ketaatan dan ketertundukan kepada Allah Sang Pencipta Semesta.