Pengakuan dosa atau pertobatan yang sungguh di hadapan Tuhan adalah sebuah pertobatan yang diwujudkan melalui komitmen serta perilaku yang baru. Kebaruan itu menggugat tingkah laku lama yang berbalutkan dosa serta pemberontakan kepada Allah. Pada akhirnya seseorang dapat dengan mudah mengungkapkan bahwa ia sungguh berdosa, daripada mewujudkan kata-katanya tersebut melalui hidup yang berkenan kepada-Nya dalam keseharian. Padahal yang sungguh-sungguh Tuhan kehendaki adalah pertobatan yang sungguh dengan diwujudkan melalui kata, tindakan, serta pikiran yang mengarah kepada Tuhan semata.
Paruh pertama pasal 9 membawa kita untuk melihat penggambaran yang menyayat hati akan perkabungan Ezra dan ungkapan mohon ampunan kepada Tuhan. Tindakannya tersebut didasari oleh fakta bahwa beberapa orang Israel bahkan para pemimpinnya yang telah lebih dahulu kembali ke Yerusalem, berbuat dosa dengan menikahi perempuan-perempuan asing. Hukum Taurat mencatat bahwa tindakan tersebut tidak dikehendaki oleh Allah karena dapat membawa dampak buruk bagi umat, yakni menduakan Allah. Maka dari itu Ezra memohon ampun bagi dirinya tetapi juga mewakili saudara sebangsanya. Berharap dengan sungguh agar Allah tidak menimpakan malapetaka atas mereka, seperti yang terjadi dahulu pada leluhur bangsa Israel.
Sesudah doa mohon ampun dipanjatkan dan penyesalan dinyatakan kepada Allah, Ezra segera memerintahkan beberapa tindakan untuk berbalik dari kesalah yang telah diperbuat bangsanya. Ia berkata bahwa perkawinan campur jangan lagi terjadi di antara mereka. Anak laki-laki Israel tidak boleh beristrikan perempuan asing, dan anak perempuan Israel diperistri oleh laki-laki asing. Tindakan tegas ini harus diambil untuk menegakkan kekudusan yang selama ini dikehendaki oleh Allah. Saat umat menegakkan kekudusan hidup maka Allah berkenan kepada mereka. Demi meyakinkan umat pada saat itu, Ezra mengajak mereka untuk menilik kilas balik kehidupan leluhur Israel. Mereka telah berdosa di hadapan Allah, tetapi Ia masih berbelas kasihan sehingga apa yang ditimpakan kepada Israel tidak setimpal dengan pelanggaran-pelanggarannya. Adanya orang-orang yang tersisa dari kebinasaan kerajaan Yehuda, kemudian mengalami pembuangan ke Babel, dan kini kembali ke Yerusalem adalah bukti nyata kasih setia serta belas kasihan-Nya. Maka dosa besar kepada Allah jangan kembali terjadi dan umat harus segera berbalik kepada Allah dengan sepenuh hati.
Sahabat Alkitab, marilah mewujudkan pertobatan kita dalam laku hidup yang baru sesuai dan seturut kehendak-Nya. Memang seringkali tidak mudah karena kedagingan ini seringkali lebih besar daripada Roh yang menuntun kepada Sang Sumber Kehidupan. Namun ingatlah akan kasih setia Allah yang merengkuh kehidupan kita selama ini. Bahkan dalam kasih setia-Nya, Allah selalu menghadirkan kesempatan yang baru bagi kita. Sebagaimana Ezra mengajak saudara sebangsanya untuk berbalik kepada Tuhan dengan mengingat segala kebaikan-Nya, semoga kita pun digerakkan untuk bertobat dan berubah berlandaskan penghayatan akan kasih setia Tuhan tersebut. Semoga Allah mengampuni kita dan memampukan kita untuk menjalani hidup baru yang seturut kehendak-Nya.