Seringkali kita punya rencana-rencana baik yang hendak kita wujudkan, baik itu dalam relasi, pekerjaan, maupun pelayanan. Namun seringkali rencana itu tidak terlaksana dikarenakan hambatan-hambatan yang berasal dari dalam dan luar diri kita. Maka dari itu perlu menyandarkan segala rencana-rencana tersebut dalam hikmat serta pertolongan Tuhan. Allah adalah pencipta segala sesuatu, maka dalam kuasa-Nya Ia juga berkuasa mewujudkan segala kerinduan kita asalkan mengarah kepada kebaikan. Inilah sebuah proses yang disadari betul oleh Nehemia.
Nehemia hidup sebagai seorang yang sangat dipercaya oleh raja. Sebagai juru minuman, tugasnya tidak hanya memastikan minuman raja aman dari racun, tetapi juga menjadi penasihat yang dipercayai. Namun, pada bulan Nisan di tahun kedua puluh pemerintahan Raja Artahsasta, Nehemia tidak dapat menyembunyikan kesedihan dan keprihatinannya terhadap kehancuran Yerusalem, kota nenek moyangnya. Ketika raja bertanya tentang kesedihan Nehemia, ia menjadi takut. Pada masa itu, menunjukkan kesedihan di hadapan raja dianggap sebagai penghinaan, bahkan bisa berujung pada hukuman mati. Namun, Nehemia tidak menyembunyikan kebenaran. Ia dengan jujur menjelaskan bahwa hatinya hancur karena kota nenek moyangnya mengalami kehancuran dan gerbang-gerbangnya terbakar.
Doa yang sebelumnya telah dipanjatkan, memberikan kekuatan pada Nehemia untuk mengungkapkan permintaannya kepada raja, yaitu izin untuk pergi ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu. Tidak hanya itu, ia juga meminta surat-surat yang akan memberinya akses untuk melintasi wilayah dan mendapatkan kayu dari hutan milik raja. Nehemia tampaknya telah menyusun rencana dengan matang. Semua yang dilakukannya berjalan baik karena Allah sendiri yang menyertai setiap prosesnya. Izin yang diberikan raja Artahsasta kepada Nehemia bukanlah semata-mata karena hasil dari keberaniannya, melainkan karena ada “tangan baik Allah” padanya (ayat 8).
Sahabat Alkitab, seperti Nehemia yang meletakkan perencanaannya di tangan Tuhan, hendaknya kita pun beroleh kesadaran untuk menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam perencanaan kita. Allah menuntun Nehemia untuk menghadapi apapun yang dibutuhkannya dalam memenuhi panggilannya. Kebaikan-kebaikan Tuhan tersebut merupakan anugerah yang tiada terkira bagi kita. Maka marilah terus berelasi dengan-Nya, sehingga kita tidak ragu-ragu untuk membuat beragam perencanaan yang didialogkan dengan iman kita sebagai seorang percaya. Teruslah bergantung pada tangan Allah yang baik.