Bayangkan sebuah kota yang temboknya runtuh, perlindungannya hancur, dan masyarakatnya terpecah-pecah. Di dunia modern, mungkin kita akan menggambarkan itu sebagai sebuah masyarakat yang tercerai-berai, komunitas yang kehilangan arah, atau bahkan rumah tangga yang runtuh karena ketidakpedulian. Sayangnya dalam situasi kacau seperti itu pun, kita masih saja terjebak kepada egoisme pribadi. Padahal jika masing-masing pihak dapat bekerja sama, maka tugas-tugas serta aneka tanggungjawab akan terselesaikan dengan cepat dan optimal.
Dalam Kitab Nehemia, kita menemukan gambaran yang sangat relevan dengan kehidupan kita hari ini. Kota Yerusalem yang hancur bukan hanya diperbaiki oleh seorang pemimpin atau segelintir ahli, melainkan oleh banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat, yang bergandengan tangan untuk memulihkan dan membangun kembali. Mungkin kita bisa mengibaratkan ini dengan sebuah proyek besar yang melibatkan setiap individu dalam sebuah tim, di mana masing-masing memberi kontribusi sesuai kemampuan dan peran mereka. Meskipun tugas itu besar, kebersamaan membuatnya mungkin untuk dicapai.
Di awal kisah pembangunan tembok Yerusalem, kita mengenal Elyasib, Imam Besar, yang dengan bijaksana memimpin umat untuk membangun Gerbang Domba. Ia tidak hanya memberi perintah, tetapi ia juga terjun langsung, bekerja bersama para imam dan rakyat biasa. Selain itu ditunjukkan pula kepada kita bahwa proses pembangunan ini dilakukan oleh umat dari berbagai kalangan dan profesi. Ada pembuat emas dan pembuat minyak wangi, yang turut serta dalam upaya restorasi ini. Mereka memang bukan ahli bangunan, tetapi mereka memiliki komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan dengan tangannya.
Pekerjaan membangun tembok Yerusalem bukan hanya tentang fisik tembok yang dibangun, tetapi tentang kebersamaan dalam visi dan tujuan yang lebih besar. Setiap orang, dari yang berpengalaman hingga yang tidak terlatih, memiliki bagian dalam pekerjaan Tuhan. Perhatikanlah bahwa masing-masing orang bertanggung jawab atas satu bagian bait Allah. Dalam setiap bagian itu ada beberapa orang yang bahu-membahu melaksanakan pembangunan. Harapannya masing-masing melakukan kontrol secara mandiri dan dengan penuh ketelitian terhadap bagian yang dipercayakan kepada mereka.
Sahabat Alkitab, kita seringkali berhadapan dengan situasi-situasi yang mewajibkan kita untuk berkolaborasi atau bekerjasama dengan orang lain. Kerjasama ini membutuhkan kecerdikan dan kerendahan hati, karena rentan sekali terjadi konflik yang bisa menghalangi tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya orang-orang yang terlibat dalam proses pembangunan, kita semua dipanggil untuk bekerja sama demi kebaikan. Kerjasama tim memang tidak selalu menyenangkan, tetapi dengan kerendahan hati serta tuntunan-Nya, segala sesuatu dapat berjalan dengan baik.