Di tengah reruntuhan kota Warsawa yang hancur akibat Perang Dunia II, Władysław Szpilman, seorang pianis Yahudi, bersembunyi dalam kesunyian. Hidupnya telah terenggut oleh perang, keluarganya diangkut ke kamp konsentrasi, rumahnya musnah, dan ia sendiri nyaris mati kelaparan. Di tengah kehancuran itu, ia menemukan sebuah piano tua yang berdebu. Dengan jemari lemah, ia menekan tutsnya perlahan, memainkan nada-nada yang hampir ia lupakan. Tak ada penonton, tak ada tepuk tangan, tetapi musik itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya, harapan. Kisah Szpilman, pernah diangkat dalam film dengan judul “The Pianist”. Tentang seorang pria yang kehilangan segalanya, bertanya-tanya tentang keadilan Tuhan, dan mencari secercah harapan di tengah penderitaan, mengingatkan kita pada pergulatan batin Ayub.
Ayub membandingkan hidup dengan air yang menguap dan sungai yang kering. Ia merasa seolah Tuhan telah menghancurkan semua harapan manusia, mengubah wajahnya, dan menyuruhnya pergi (Ayub 14:20). Seperti Szpilman yang sendirian di kota yang mati, Ayub pun merasa terputus dari kehidupan dan bahkan dari Tuhan sendiri. Namun, di tengah keputusasaan itu, ada pertanyaan yang menggetarkan hati: “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup kembali?” (Ayub 14:14). Sebuah pertanyaan yang menggambarkan jeritan hati penuh kerinduan. Ayub berharap bahwa kematian bukanlah akhir, bahwa di balik semua penderitaan, Tuhan masih mengingatnya. Ia membayangkan Tuhan yang suatu hari akan memanggilnya, dan ia akan menjawab (Ayub 14:15).
Sahabat Alkitab, adakalanya kehidupan mempertemukan kita dengan reruntuhan harapan, keterpisahan dengan orang yang kita kasihi, kegagalan, penyakit, atau bahkan perasaan bahwa Tuhan terasa jauh. Namun, seperti Ayub, kita dipanggil untuk tetap berharap. Tidak ada kehancuran yang begitu parah hingga tak bisa dibangun kembali, tak ada kesunyian yang begitu pekat hingga tak bisa dihidupi kembali oleh cahaya harapan. Meskipun kita mungkin merasa hancur atau kehilangan arah, makna baru selalu bisa ditemukan jika kita terus bergerak maju.