Pertobatan seseorang biasanya datang ketika ia telah menemui jalan buntu dalam hidupnya. Terutama saat seseorang merasa begitu menderita sebagai akibat akan konsekuensi dari perbuatannya sendiri. Kilas balik kehidupan tiba-tiba datang dan menghadirkan kebijaksanaan hidup, terutama diperhadapkan dengan keadilan Allah yang mengatasi kefanaan manusia. Tiada pilihan lain bagi manusia selain daripada bertobat serta sembah sujud kepada-Nya.
Pada bacaan kali ini pemazmur menunjukkan sisi Allah yang Maha Adil. Ia merasa diliputi murka Tuhan. Hal tersebut adalah kesimpulan yang diambilnya berdasarkan refleksi atas tekanan hidup serta keberadaannya yang dikelilingi oleh orang-orang yang mengharap kemusnahannya. Ayat 2-4 mengisyaratkan bahwa apa yang terjadi tersebut adalah karena kesalahannya sendiri. Ia berada di penghujung hidup sehingga perenungan akan alam maut menjadi tidak terelakkan. Jika berada di alam maut maka tiada lagi kasih serta kuasa Allah.
Kesimpulan logis dari pengalaman itu adalah kesediaan diri untuk berbalik kepada Allah dan menundukkan diri tanpa syarat kepada-Nya. Allah yang telah berulang-ulang kali menyelamatkan bangsa Israel pasti akan menyelamatkannya juga. Pemazmur meletakkan pengharapannya kembali kepada Allah. Hanya Allah yang dapat menyelamatkannya saja. Maka dari itu dengan seruan yang lantang ia mengajak umat beriman di sepanjang zaman untuk menaikkan pengharapan atas kasih setia Allah yang membebaskan kita dari segala sesuatu. Pemazmur benar-benar berbalik kepada Tuhan dan menanti-nantikan tindakan-Nya.
Mungkin saat ini juga menjadi waktu yang tepat untuk kita bertobat serta berbalik kepada-Nya, sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Hanya Allah yang sanggup melepaskan kita dari segala himpitan kehidupan. Kepada Tuhan sajalah kita kembali menggantungkan segala asa kita. Dosa membuat kita jauh dari-Nya, tetapi belas kasihan Allah menarik kita kembali ke dalam dekapan-Nya, asalkan kita dengan rendah hati menyatakan segala pertobatan kepada Tuhan.