Memiliki iman yang teguh kepada Allah adalah sebuah perjalanan seumur hidup. Keteguhan itu tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Ia harus melampaui berbagai proses ujian kehidupan yang bahkan memperhadapkan kita pada kesendirian dan keluhan karena derita berat yang menghimpit serta tidak kunjung usai. Orang-orang yang memilih untuk menghadapi segala sesuatu bersama-Nya akan tetap memilih untuk berada pada sisi Tuhan meskipun keluhan menyeruak, tetapi mereka tetap tidak melupakan karya Allah yang terus terbentang dalam segala situasi.
Mazmur 44 adalah cerminan atas perjuangan manusia untuk hidup dalam keteguhan iman kepada Tuhan. Mazmur ini dapat diidentifikasi menjadi empat bagian yakni: bagian pertama berbicara ingatan akan kemurahan dan karya Tuhan atas bangsa Israel di masa yang lampau (ayat 1-9), bagian kedua tentang kehancuran dan hukuman Tuhan atas bangsanya (ayat 10-17), bagian ketiga menyatakan keteguhan diri dan bangsanya kepada Tuhan (ayat 18-22). Sementara pada bagian terakhir, pemazmur menyatakan seruan permohonan kepada Tuhan agar segera menolong mereka (ayat 23-26).
Pada perikop kita kali ini, kita melihat betapa pemazmur berseru kepada Allah atas himpitan yang terjadi di tengah-tengah bangsa Israel. Kita melihat betapa ia merasa terhimpit atas lawan-lawan yang datang serta mengancam. Mereka tidak merasakan perlindungan Allah bahkan ujung tombak perlawanan atas musuh juga tidak disertai-Nya. Ketidakberdayaan yang dirasakan bagaikan domba sembelihan yang menunggu akhir nasibnya. Tidak terperi apa yang dialami oleh bangsa tersebut. Badai kehidupan yang datang terus menerus. Sepintas mengingatkan kita pada keprihatinan yang juga mencuat atas berbagai krisis yang tengah dialami bangsa Indonesia.
Namun menariknya pada bagian terakhir pasal ini, pemazmur menegaskan keputusan imannya bahwa ia tidak akan meninggalkan Tuhan di tengah kesesakan yang dialami bangsanya. Ia menyadari bahwa hanya Tuhan sajalah yang menentukan kehidupannya beserta seluruh bangsanya. Baik senang maupun susah, baik menang ataupun kalah, Tuhan berkuasa untuk mengatur hidup manusia. Ia mengenal dengan baik Allah yang mereka sembah. Hanya Tuhan yang berkuasa untuk memelihara seluruh semesta. Maka marilah kita juga meletakkan iman kepada pertolongan Allah semata. Kehidupan yang kita jalani baik itu secara pribadi maupun dalam konteks kebangsaan mungkin mengalami berbagai badai, tetapi marilah menghayati kesaksian sang pemazmur bahwa pada akhirnya hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatu. Kita diundang untuk berserah penuh kepada Tuhan.