Kemuliaan yang Menenangkan

Renungan Harian | 2 Nov 2025

Kemuliaan yang Menenangkan

Peribahasa Jawa mengatakan, “Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono,” yang berarti bahwa harga diri seseorang tampak dari ucapannya dan wibawanya terpancar dari cara ia menampilkan diri. Dalam budaya Jawa, busana bukan sekadar kain pelindung tubuh, melainkan simbol kehormatan dan identitas. Gambaran ini menolong kita memahami bagaimana Mazmur 93 melukiskan TUHAN yang ‘berpakaian kemegahan’ dan ‘berikatkan kekuatan’. Dalam dunia yang kerap diwarnai kekacauan (sosial maupun batin), pemazmur mengajak kita memandang pada ‘pakaian’ Allah, yaitu kemuliaan dan kuasa yang menegaskan bahwa dunia ini tidak dibiarkan tanpa kendali.


Mazmur 93 merupakan salah satu dari mazmur-mazmur penobatan (enthronement psalms) yang menegaskan satu kebenaran teologis mendalam: Tuhanlah Raja, bukan hanya atas Israel, tetapi atas seluruh ciptaan. Secara struktural, mazmur ini sederhana, tapi sarat makna. Ayat 1–2 menegaskan Allah sebagai Raja dan Pencipta yang mengenakan kemegahan dan kekuatan; ayat 3–4 menggambarkan air yang mengamuk, sebagai simbol dari kekacauan kosmis dalam mitologi Timur Dekat Kuno. Namun bahkan gelombang yang paling dahsyat pun tunduk dalam pujian kepada Sang Pencipta. Ayat 5 menjadi penutup yang menegaskan keteguhan kerajaan Allah dan kekudusan kediaman-Nya. Di tengah ketidakpastian, pemazmur menegaskan satu kepastian, yaitu bahwa Tuhan telah menjadi Raja sejak dahulu kala, takhta-Nya tegak untuk selama-lamanya.


Mazmur 93 berbicara tentang kebutuhan mendalam manusia akan ‘stabilitas batin’ di tengah dunia yang terus berubah. Ketika ‘arus banjir’ dalam hidup — berupa tekanan, kecemasan, atau kekacauan sosial — mengancam, kita mencari sesuatu yang tetap, yang tidak bergeser. Mazmur ini meneguhkan bahwa keteguhan bukan berasal dari kontrol diri atau sistem manusia, tetapi dari pengakuan bahwa Allah tetap bertakhta. Pesan ini menjadi sebuah pernyataan radikal tentang keterbatasan manusia, bahwa pusat semesta bukanlah ego, melainkan Sang Raja yang kekal. Dalam konteks kehidupan saat ini, pesan pemazmur menantang obsesi kita terhadap ‘kendali’ dan mengajak kita kembali pada posisi sebagai ciptaan yang bergantung dan terlindungi di bawah pemerintahan ilahi.


Mazmur ini ditutup dengan pengakuan, “Peraturan-Mu sangat teguh; pada bait-Mu lah berdiam kekudusan, ya TUHAN, untuk sepanjang masa.” Dari sini kita belajar bahwa kemuliaan Allah bukan hanya pancaran kuasa, melainkan juga ketertiban yang memberi damai. Dunia saat ini yang gelisah dengan krisis ekologi, banjir informasi, dan ketegangan sosial, seakan menggemakan deru air yang mengamuk. Namun pemazmur mengingatkan bahwa air yang deras pun tahu kepada siapa ia tunduk. Hidup beriman berarti belajar berdiam dalam keyakinan itu. Keyakinan bahwa di balik riuhnya dunia, ada Raja yang tetap bersemayam dan menata segalanya dalam kasih. Karena itu, di tengah arus perubahan yang tak menentu, iman menjadi jangkar yang meneguhkan hati, menghadirkan ketenangan, sebab Allah tetap bertakhta dan memegang kendali atas segalanya.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia