Dalam sejarah peradaban manusia beragam karya seni telah dihasilkan seturut tumbuh dan berkembangnya peradaban. Diantara karya-karya tersebut, banyak yang mengisahkan tentang keindahan serta ketakjuban akan alam semesta yang mengelilinginya. Satu sisi kita merasa begitu kecil dihadapan alam semesta yang sang luas, sementara pada sisi lainnya kesadaran kita terarah pada sesuatu yang lebih besar daripada kita. Itulah nuansa yang juga kita dapati pada bacaan kita kali ini.
Mazmur 104 merupakan syair pujian kepada Allah. Pujian itu berlandaskan pada kebesaran Tuhan yang direfleksikan melalui keindahan dan keteraturan semesta. Ia mengajak umat beriman untuk memproklamasikan keagungan Allah serta menjalani kehidupan dalam kesadaran penuh bahwa Ia adalah penanggung jawab dunia beserta isinya. Apa yang tertulis dalam pasal ini sekilas mengingatkan kita pada himne penciptaan dunia pada kitab Kejadian. Dalam sudut pandang yang lain, pemazmur juga membawa kita pada harmoni sekaligus tanggung jawab terhadap sesama ciptaan.
Hal lain yang tidak kalah penting yang dapat kita refleksikan adalah kenyataan bahwa seluruh ciptaan bergantung sepenuhnya pada Allah untuk “hidup dan bernafas”. Dengan tegas pemazmur berkata bahwa segala sesuatu menantikan Tuhan yang menyediakan makan atau dengan kata lain menyelenggarakan kehidupan. Maka pemazmur mengajak seluruh umat untuk hidup dalam puji-pujian kepada Allah.
Sahabat Alkitab, firman Tuhan pada hari ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya hidup ini adalah anugerah yang setiap saat bergantung pada kemurahan-Nya. Kita seringkali terjebak dalam ilusi bahwa seorang manusia adalah entitas yang mandiri dan tidak butuh siapapun untuk menentukan arah kehidupannya. Pemazmur mengingatkan kita bahwa kemandirian tersebut hanyalah ilusi, bahkan udara yang kita hirup denyut jantung yang terus berdetak, dan energi yang kita miliki, semuanya berasal dari Roh Allah yang memberi hidup.
























