Undangan yang diberikan oleh Musa kepada Hobab, iparnya, merupakan tindakan yang sangat menantang bagi Hobab. Mengapa demikian? Mungkin banyak orang yang merasa bahwa undangan dari Musa tersebut merupakan tawaran yang sangat menggiurkan, mengingat Hobab mendapatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari sebuah bangsa yang diberkati oleh Tuhan. Namun, kenyataannya Hobab tidak serta-merta menerima undangan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penolakan yang Hobab berikan kepada Musa pada undangan yang pertama. Oleh sebab itu, Musa pun kembali meyakinkan Hobab agar bersedia berjalan bersama orang Israel dan Hobab pun menerima undangan tersebut.
Musa memang telah menjelaskan kepada Hobab bahwa segala kebaikan yang Tuhan berikan kepada orang Israel pun akan menjadi bagian dari kehidupan Hobab serta seluruh keturunannya kelak. Namun, besar kemungkinan undangan tersebut menjadi lebih sulit untuk diterima oleh Hobab mengingat orang Israel pada masa itu masih sangat muda dan tak berpengalaman secara militer, politik dan perekonomian sebagai sebuah bangsa meredeka. Lebih lagi, mereka belum memiliki tanah tetap untuk membangun peradaban alias masih menjalani hidup sebagai bangsa nomaden. Meski demikian, Hobab pun mengambil keputusan untuk menjadi bagian dari komunitas Israel. Bahkan, Hobab dan seluruh kaumnya pun turut berperan aktif dalam perjuangan orang Israel seperti yang tergambar pada Hakim-hakim 1:16. Keputusan Hobab bukan dihasilkan oleh nafsu untuk ekuntungan semata melainkan menjadi tindakan iman untuk mengikut Tuhan dengan penuh kesungguhan.
Sahabat Alkitab, kisah Hobab ini hendaknya dapat menjadi bahan permenungan bagi kita untuk mencermati status dan keputusan kita menjalani hidup sebagai umat Tuhan. Apakah keputusan ini merupakan tindakan yang dilandasi dengan kesadaran dan komitmen iman yang jelas atau justru kita masih melakukannya tanpa ada upaya yang kritis serta penuh kesungguhan. Kita perlu menjalani keputusan hidup sebagai umat Tuhan dengan penuh kesadaran dan upaya iman yang nyata, bukan justru mengandalkan nafsu demi mendapatkan kenyamanan hidup belaka.