Jika pada perikop bacaan kemarin kita melihat bentuk keserakahan pada orang Israel yang tidak dapat menahan diri mereka terkait makanan, maka sekarang kita diperhadapkan dengan narasi mengenai ketidakmampuan dua sosok pemimpin umat dalam menjaga diri mereka dari keserakahan terkait kekuasaan dan ketenaran. Sekilas, perilaku Miryam dan Harun seolah terkesan hanyalah berlandaskan motif perilaku musa. Namun, melalui pernyataan, “sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah Ia berfirman dengan perantaraan kita juga?” telah menunjukkan adanya motif kecemburuan sosial terkait status dan kuasa di tengah orang Israel.
Mereka yang adalah saudara dari Musa justru berperilaku melawan Musa dengan berusaha menyingkirkannya dari sistem kepemimpinan bangsa Israel pada masa itu. Hal ini pun menjadi semacam kudeta yang dilakukan oleh keduanya dengan menggunakan latar belakang seorang perempuan dari Kus yang diambil Musa sebagai langkah untuk meruntuhkan kredibilitas kepemimpinan Musa. Selain itu, Miryam dan Harun juga melakukan penyerangan terhadap Musa dengan tendensi keirihatian terhadap mereka. Tindakan mereka itu pun menjadi sebuah dosa di hadapan Tuhan mengingat Musa adalah orang yang dipilih dan diurapi oleh Tuhan untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir. Alhasil, mereka yang tadinya berusaha merendahkan kredibilitas Musa sebagai pemimpin yang diurapi Tuhan dan berusaha menyingkirkannya pun justru harus dipermalukan oleh konsekuensi niat bulus mereka sendiri.
Sahabat Alkitab, ketidakmampuan seorang manusia dalam mengolah hati dan perasaannya seringkali menggiring ia melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya sendiri. Niat jahat yang timbul pada diri seorang manusia pun berawal dari kekeliruan kita menilai kehadiran orang lain yang kita anggap sebagai pihak untuk dikalahkan. Kebiasaan selalu membandingkan diri dengan orang lain pun menjadi faktor pemicu kerentanan kita terhadap iri hati dan keinginan untuk mengalahkan mereka. Alhasil, tanpa disadari kita justru telah masuk dalam jerat niat bulus yang justru menimbulkan beragam perilaku dosa.