Pada perikop ini kita melihat bagaimana Musa masih menjalankan peran kepemimpinannya dengan sangat penuh hati. Ia mengingatkan sekaligus mengharapkan orang Israel agar terus melakukan pendidikan iman secara komunal sehingga setiap orang yang hidup di tengah bangsa itu memiliki pengenalan dan sikap takut akan Tuhan secara terus-menerus. Inilah salah satu tradisi iman yang dimiliki oleh bangsa Israel kuno yang menjadi sarana pembentukan iman sebagai umat Tuhan. Hal ini sekaligus menjadi sebuah bukti bahwa pertumbuhan iman sebagai umat Tuhan tidak hanya menjadi persoalan personal melainkan juga tugas bersama dari setiap komunitas yang ada.
Pembacaan hukum setiap tujuh tahun sekali ini pun tidak semestinya menjadi sebuah praktik formalitas belaka, melainkan dilakukan dengan penuh pemaknaan dan dampak yang nyata bagi setiap orang yang mendengarkannya. Meskipun kenyataannya tidaklah sesederhana itu, seperti yang juga terjadi pada kehidupan orang Israel di masa mendatang tepatnya ketika mereka justru terjebak pada model hidup beriman yang bermuara pada formalitas, bukannya pada esensi dan sikap hidup yang nyata. Oleh sebab itu, pembacaan hukum tujuh tahunan ini sebenarnya menjadi sarana pendidikan iman, bukan sekadar kegiatan seremonial.
kita pun diajak untuk memaknai setiap praktik iman yang kita lakukan sebagai umat Tuhan yang hidup di tengah beragam tantangan zaman, kesibukan dan target-target personal. Kita perlu mewaspadai terhadap munculnya kehambaran yang dapat mengarahkan kita menuju formalitas belaka dalam setiap doa, ibadah dan aksi iman lainnya yang kita lakukan. Pasalnya mengalami hal semacam ini sangatlah mungkin untuk dialami oleh umat Tuhan. Oleh sebab itu, dukungan dari komunitas pun menjadi sangat penting sehingga dapat meningkatkan daya tahan iman bagi setiap orang yang ada di dalamnya. Kita perlu mengingat bahwa komunitas umat Tuhan tidak hanya sekadar media untuk menjalin relasi melainkan juga sebagai ruang terjadinya pendidikan iman yang meningkatkan daya tahan iman setiap anggota di dalamnya.