Yosef Masan Toron, SVD: ”Siapakah Manusia Sehingga Engkau Perhatikan?”

Berita | 13 Maret 2021

Yosef Masan Toron, SVD: ”Siapakah Manusia Sehingga Engkau Perhatikan?”


 

Ramah, humoris dan selalu necis. Demikian kesan kami setiap kali bertemu dengan beliau. Pater Yosef Masan Toron, SVD, beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Jika di kalangan Protestan kita mengenal Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sebagai lembaga yang menerjemahkan, menerbitkan dan menyebarkan Alkitab, di kalangan gereja Katolik dikenal Lembaga Biblika Indonesia (LBI).  

Yosef Masan Toron, lahir di  Solor, pulau kecil di sebelah timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur enam puluh tahun yang silam. Solor boleh disebut sebagai tempat bersejarah, karena dari sinilah misi Katolik Portugis bermula. Dari Solor misi berpindah ke Larantuka dan kemudian meluas ke seluruh Flores. Sedari kecil Yosef hidup di tengah lingkungan Katolik yang taat. 

Keinginannya menjadi imam muncul ketika dirinya menginjak kelas 6 SD. Semua bermula dari kekagumannya terhadap sosok pastor parokinya. “Kami memiliki pastor seorang Belanda. Setiap mengunjungi kampung kami ia menaiki kuda yang sangat bagus, mengenakan topi yang begitu indah dan ia terlihat begitu gagah,”kenangnya.”Di kampung kami ia selalu dijamu dengan daging ayam, enak sekali tampaknya,”lanjutnya. Itulah kesan pertama Yosef kecil melihat sosok seorang imam. 

Namun, perjalanan panjang membuatnya sadar bahwa menjadi imam bukanlah pilihan jalan kenikmatan, malahan sebaliknya. “Kesan awal tentang seorang pastor tersebut akhirnya dimurnikan, dan terus dimurnikan, melalui pendidikan di seminari menengah, selanjutnya seminari tinggi dan masa persiapan imamat,”terangnya. Pendidikan tinggi calon imam dijalani oleh Yosef di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) St. Paulus di Ledalero, Maumere. Sebuah pusat pendidikan di bawah naungan Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD). 

Saat akhirnya Yosef ditahbiskan menjadi imam, ia memilih motto panggilan Magnificat, Kidung Pujian Maria dari Injil Lukas. “Saya menyadari dari hati yang terdalam saya bukanlah siapa-siapa,”katanya.”Tetapi kalau memang Tuhan memilih saya, maka saya akan mempersembahkan diri  menjadi sesuatu yang berarti dan berguna untuk kepentingan orang banyak, untuk pelayanan bagi Tuhan.” Demikianlah prinsip tersebut senantiasa dipegang teguh oleh Yosef selama menjalani panggilan sebagai pastor. 

 “Sebelum ditahbiskan menjadi imam Katolik, kami mengikrarkan tiga sumpah atau kaul kekal, yaitu: tidak kawin, senantiasa taat dan kaul hidup miskin,” terangnya. Menjelang tahbisan, biasanya seorang calon imam sudah ditetapkan tugas karya dan pelayanannya. Demikian juga Pater Yosef. “Pada 1989, ketika mengikrarkan kaul kekal di Ledalero, saya sudah ditetapkan untuk menjalani studi Kitab Suci di Roma,”lanjutnya. Setelah tahbisan Pater Yosef masih sempat menjalani panggilan untuk melayani di sebuah paroki di Sumba sekitar enam bulan, sebelum kemudian berangkat ke Roma untuk memperdalam ilmu Kitab Suci. 

Sepulang dari Roma pada 1994, ia langsung ditugaskan di Ruteng (Manggarai), untuk menjadi dosen di Sekolah Tinggi Kateketik di Ruteng yang diembannya hingga hari ini. “Sedikit berbeda dengan misionaris lain yang mungkin bisa berganti-ganti tempat pelayanan. Sebagai seorang pengajar yang terikat kontrak, kurikulum, dan juga hubungan dengan pemerintah, saya tidak mudah untuk berganti lokasi pelayanan,”terangnya. 

Membandingkan perannya sebagai pengajar dan sebagai pastor paroki Pater Yosef menyatakan,”Kalau kita melayani di paroki, kita berhadapan dengan banyak orang, dengan beragam usia dan latar belakang. Di paroki kita juga bisa mengembangkan berbagai pelayanan,”katanya.

”Sementara sebagai seorang pengajar, saya sudah terikat dengan apa yang sudah ditetapkan oleh gereja dan pemerintah. Kita mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan segala konsekuensi yang mengikutinya. Di era sertifikasi seperti sekarang ini, selain mengajar, saya harus mempersiapkan berbagai laporan administrasi dan sebagainya, membuat saya menyadari bekerja di lembaga pendidikan secara administrasi agak ribet,”terangnya sambil tertawa. 

Sebagai manusia Pater Yosef menyadari panggilan sebagai imam tidak mudah, terlebih dengan kaul kekal yang mengiringinya. “Yang pertama tentang kaul ketaatan. Saya harus selalu loyal dan taat kepada pimpinan saya, meskipun kadang muncul ego namun kita kemudian disadarkan lagi panggilan awal pelayanan kita,”katanya. 

“Yang kedua, untuk tidak kawin termasuk yang paling berat. Tuhan Allah berfirman: Beranak cuculah dan penuhilah bumi (Kej. 1:28). Sebagai manusia biasa pastilah tidak mudah, namun sebagai imam kita harus membatasi diri. Pada saat-saat tertentu ada saja pertarungan kuat dalam batin, namun kita harus belajar setia kepada komitmen awal kita. Dengan berbagai cara kita berusaha mengatasi tantangan tersebut.”

Yang ketiga, hidup miskin. Dunia modern menawarkan berbagai kemudahan dan kenikmatan, seorang imam malahan sebaliknya memilih untuk menjauhkan diri dari kepemilikan pribadi. Maka, sebagai seorang imam yang menginjak usia enam puluh tahun, hingga hari ini saya tidak pernah memiliki rumah pribadi, mobil pribadi bahkan rekening pribadi. Apa yang kita dapatkan harus kita serahkan sebagai milik bersama dan untuk keperluan bersama,”terangnya. Diakui oleh Pater Yosef semua tantangan tersebut tidak mudah, namun semuanya harus dihadapi sesuai komitmen awal yang telah dibuat. 

Meski kaul hidup miskin harus ditegakkan, sebagai seorang pengajar yang harus memberikan teladan dalam penampilan, Pater Yosef selalu berusaha menjaga kerapian, kebersihan dan kenecisan di depan kelas. “Tidaklah mungkin saya membiarkan diri saya tampil asal-asalan di depan kelas, saya selalu berusaha tampil necis dan rapi. Aspek estetika bagi saya cukup penting sebagai seorang pengajar,”terangnya. 

Bergabung dengan LBI

Pater Yosef mulai bergabung dengan Lembaga Biblika Indonesia (LBI), pada 1994 sepulang studi Kitab Suci dari Roma. Ia menjadi anggota Badan Pengurus LBI hingga 2009. Pada 2009, ia dipercaya menjadi Wakil Ketua LBI. Mulai 2012 hingga sekarang beliau menjabat sebagai Ketua Umum LBI.  

Sebagai pengurus LBI, cukup sering Pater Yosef berjumpa dengan para kolega dan mitra pelayanan, terutama dari Lembaga Alkitab Indonesia. Karena salah satu misi dari LBI adalah: menerjemahkan, menerbitkan, dan mendistribusikan Kitab Suci, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa-bahasa daerah, baik berupa seluruh Kitab Suci maupun bagian-bagiannya. Dalam hal ini diadakan kerja sama dengan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dan lembaga-lembaga lain.

Terakhir dan bersifat nasional, ketika sepanjang 2016-2018,  ketika LBI di bawah pimpinan Pater Yosef bekerja sama dengan LAI menyelenggarakan Konsultasi-konsultasi Regional dan berujung pada Konferensi Nasional berkait pembaruan Alkitab Terjemahan Baru. 

Sebagai pengajar, Ketua Umum LBI, pernah menjadi Provinsial SVD dan Pembina berbagai yayasan lain Pater Yosef jelas seorang yang sangat sibuk. Namun, semuanya dijalaninya dengan penuh sukacita. Kunci utamanya menurut beliau adalah bagaimana ia membagi dan mengatur waktu. “Dalam kalender kerja saya, saya sudah merencanakan, menulis dan membuat road map agenda pelayanan saya sepanjang tahun. Sehingga saya senantiasa bisa menetapkan prioritas dan mengatur waktu dalam mengerjakan berbagai karya pelayanan,”terangnya. 

Kesibukan yang begitu tinggi pernah membuatnya ditegur pimpinan SVD di Roma. Namun Pater Yosef bisa memberikan argumen yang tepat sambil menyatakan bahwa ia mampu menjalankan semua kewajibannya dengan disiplin yang tinggi. “Menjadi pimpinan LBI, misalnya, bagi saya adalah mewujudkan misi Serikat Sabda Allah (SVD) di Indonesia, jadi mau tidak mau harus kita dukung dan jalankan”lanjutnya.

Hingga sekarang, sudah tiga puluh tahun lamanya Pater Yosef menjalani perjalanan hidup sebagai imam Katolik. “Jika dihitung mundur, dari masa menjalani pendidikan calon imam, sudah tiga puluh sembilan tahun saya menjadi calon dan selanjutnya menjalani panggilan sebagai imam,”terangnya. 

“Yang paling saya syukuri dari perjalan panjang tersebut adalah bahwa hingga hari ini saya masih setia sebagai seorang imam,”tegasnya. “Meski ada begitu banyak tantangan dan kesulitan, namun saya jalani semuanya dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki. Saya memiliki komitmen untuk menjalani panggilan saya sebagai imam hingga hidup saya berakhir,”lanjutnya dengan penuh keyakinan. 

“Yang berikutnya, sebagai seorang yang mendalami studi Kitab Suci, sekarang ini bersama beberapa rekan sepelayanan sedang mengembangkan semacam Bible Centre di Ruteng yang memberikan pelayanan khusus di Kitab Suci. Kami juga dipercaya mengembangkan Gerakan Kerasulan Kitab Suci di Flores Barat, Sumbawa dan Pulau Sumba. Wilayah pelayanan yang demikian luas. Namun, saya masih boleh berbangga, dalam usia saya sekarang, masih diberikan kepercayaan untuk membangun dan mengembangkan semangat membaca dan mencintai Kitab Suci,”katanya. 

Demikianlah Pater Yosef Masan Toron. Demikian banyak tanggung jawab yang diembannya. Demikian padat kesibukannya. Bagi Pater Yosef, jalan pelayanan di hadapan Tuhan memang tidak pernah mudah. Namun semua dijalani bukan sebagai sebagai beban, malahan sebuah ungkapan syukur, karena kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepadanya. 

“Saya senantiasa mengingat pernyataan penulis Kitab Mazmur kepada Allah, yaitu: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?(Mazmur 8:5). Siapakah diri kita manusia ini, yang adalah ciptaan sehingga begitu Tuhan perhatikan? Tuhan begitu besarnya mengasihi kita,”katanya dengan yakin. 










Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia