Sejak sekitar tahun 3500 SM perahu-perahu yang berlayar dengan empat persegi dan cagak bercabang dua (untuk memegang dayung pengemudi), sudah terlihat dalam lukisan-lukisan Mesir. Sarana pelayaran yang umum dipakai adalah perahu yang dibuat dari gelagah papirus atau kayu digunakan di sungai Nil. Mungkin di situlah pertama kalinya pelayaran dikenal secara umum yang memanfaatkan angin utara yang terus berembus. Mesir menggunakan kapal sebagai alat transportasinya yang utama karena adanya sungai Nil sehingga mereka tidak perlu membangun banyak jalan di dalam negeri. Di antara desa-desa pun perahu-perahu dipakai bila hendak berpergian. Perahu-perahu tambang sudah umum dan perahu-perahu yang lebih kecil terlihat di mana-mana. Menjelang zaman kerajaan pertengahan (sekitar tahun 2130-1780 SM) mulailah muncul kapal-kapal besar, kira-kira 60m panjangnya dan 20m diameternya, untuk melayani pelayaran perdagangan.
Bangsa Israel sangat menghindari laut, mereka melihat laut sebagai hal yang menakutkan, tidak seperti bangsa Fenisia dan Mesir yang merupakan bangsa pelaut yang hebat. Kapal Fenisia dibangun sangat hati-hati, dengan tiang-tiang dari kayu aras, dayung terbantin, geladak dari kayu cemara, dan layar terbuat dari kain linen Mesir (Yeh. 27:5-9). Keberhasilan maritim Israel terbesar berada di bawah Raja Salomo yang memiliki armada perdagangan berbasis di Ezion-Geber di Teluk Aqaba diawaki oleh pelaut dari Fenisia (2 Taw. 9:21).
Ada beberapa jenis kapal, yaitu Kapal Tarsis yang merupakan kapal samudera, besar dan mengangkut muatan yang banyak sekali (Yeh. 27:25). Selanjutnya Kapal Sefina adalah kapal atau perahu besar yang mempunyai geladak (Yun. 1:5). Kapal Dayung (Yes. 33:21), bisa merupakan kapal kecil atau besar dengan banyak pendayung (Yeh. 27:8). ‘Avara (2 Sam. 19:18) mungkin mengartikan kapal atau perahu feri, dasarnya datar dan dipakai untuk meyeberangi sungai seperti sungai Yordan.
Dari Berbagai Sumber