SINAGOGE

Berita | 2 Oktober 2021

SINAGOGE


 

Istilah sinagoge berasal dari bahasa Yunani yang berarti “perkumpulan”. Dalam Alkitab, sinagoge menunjukan pada suatu kelompok yang berkumpul bersama untuk beribadat. Tidak dapat dipastikan kapan tepatnya pertemuan yang disebut sinagoge itu dimulai, tetapi ada kemungkinan setelah Babel mengalahkan Yehuda dan mengangkut banyak penduduknya ke tanah pembuangan tahun 586 SM. Ketika berada di tanah Babel, orang Israel tidak dapat beribadat dan mempersembahkan kurban di Bait Allah di Yerusalem sehingga mereka terpaksa mencari cara lain agar tetap dapat beribadat.

Orang Yahudi kemudian juga mulai berpindah ke daerah-daerah lain, terutama ke Mesir, Yunani, dan daerah yang sekarang disebut Turki dan Rusia bagian selatan. Di situ mereka mulai berkumpul untuk beribadat, belajar, dan menjaga identitas kelompok mereka. Pertemuan ini disebut sinagoge. Orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di Palestina terus melakukan pertemuan seperti itu, juga ketika raja-raja dinasti Seleukus berusaha memaksa mereka menyembah dewa-dewi Yunani. Salah satu raja dari dinasti ini, Antiokhus IV Epifanes (memerintah Palestina tahun 175-164 SM), menyebut diri sebagai dewa, sebagaimana dilakukan oleh Aleksander Agung sebelumnya. Imam-imam Yahudi dari keluarga Makabe memimpin pemberontakan melawan Antiokhus. Mereka berhasil memerdekakan orang Yahudi dan memimpin negeri itu. Akan tetapi, tingkah laku para pemimpin dari keluarga Makabe kemudian menimbulkan perpecahan di kalangan rakyat. Sebagian penduduk bahkan tidak bersedia pergi ke Bait Allah untuk beribadat. Mereka lebih suka berkumpul di rumah-rumah dan tempat-tempat umum untuk mempelajari Kitab Suci demi menemukan makna kehidupan sejati mereka sebagai umat Allah.

Demikianlah situasi masyarakat pada masa Yesus (Mrk. 1:21, 6:2) dan zaman para rasul (Kis. 1:12-14, 9:2-20, 13:5). Tempat-tempat pertemuan orang Yahudi di luar Palestina lalu dikenal sebagai “tempat sembahyang” (Kis. 16:16). Setelah pasukan Roma menghancurkan Bait Allah Yerusalem pada tahun 70, imam-imam Bait Allah tidak dapat lagi memimpin ibadat. Dengan hilangnya Bait Allah, sinagoge-sinagoge menjadi hal yang paling penting bagi peribadatan Yahudi dan kehidupan komunitas itu di daerah-daerah sekitar Laut Tengah. Orang-orang Yahudi senantiasa berkumpul di rumah-rumah dan tempat-tempat umum, demikian halnya dengan Paulus di Efesus (Kis. 19:8-10). Baru mulai abad ke-2 dan ke-3, rumah-rumah mulai ditata secara khusus untuk ibadat. Sejak saat itu juga, tempat-tempat pertemuan yang dikhususkan untuk beribadat mulai dibangun. Tempat-tempat pertemuan itu kemudian juga disebut sinagoge. Reruntuhan sinagoge-sinagoge tersebut sampai sekarang masih dapat dijumpai di berbagai tempat di Israel dan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah.

 

Sumber: Alkitab Edisi Studi

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia