Aku Mendengar, Maka Aku Memahami

Aku Mendengar, Maka Aku Memahami

 

Hari ini tanggal 11 September, bertepatan dengan dua puluh tahun terjadinya tragedi 9/11 (11 September) yaitu serangkaian serangan bunuh diri yang diawali pembajakan empat pesawat penumpang yang kemudian diarahkan menuju sasaran-sasaran di Ibukota Amerika, Washington DC. Sutradara kondang, Oliver Stone, menggambarkan dalam filmnya yang mengambil latar tragedi tersebut, kisah seorang polisi bernama John McLoughlin yang karena  kepekaannya mendengar, bisa mengambil tindakan tepat di tengah kekalutan. Kita juga pernah mengenal sosok KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang disebut jenius karena ia selalu bisa memahami arah dan topik pembicaraan dengan berbagai pemimpin dari berbagai negeri, padahal ia dikatakan sering tertidur. Sambil terpejam ia tetap bisa menyimak dengan sangat jeli percakapan yang berlangsung. Lain lagi kisah komponis besar Ludwig Van Beethoven. Ketika ia  mulai tuli hingga akhirnya benar-benar menjadi tuli, ia tetap mampu menghasilkan karya-karya yang hebat. Beethoven menyatakan, walaupun tidak bisa mendengar dengan telinga, dirinya tetap bisa mendengar musik-musik yang indah di dalam pikirannya. Mungkin kita heran, bagaimana semua itu terjadi? Bagaimana kemampuan mendengar seseorang bisa sampai ada di level seperti itu? 

Sebuah kutipan kuno menyatakan: “Kita diberi dua telinga dan satu mulut. Maka, seharusnya kita lebih banyak mendengar dari pada berbicara”.  Sebagai mahluk sosial, manusia saling terikat satu dengan lainnya. Komunikasi yang baik dan ideal antara sesama manusia adalah ketika pesan yang dikirimkan dapat diterima dengan baik dan utuh oleh penerima pesan. Pada umumnya manusia tidak dapat menerima pesan dengan baik apabila di saat yang sama manusia tersebut sedang mengirimkan pesan. Maka dibutuhkan kesabaran dalam berkomunikasi, sabar untuk mendengar secara utuh pesan yang diterima sebelum kita membalas pesan tersebut. 

Ganguan lain yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah lingkungan. Ada berapa banyak pesan yang dapat kita terima dalam satu waktu? Maka selain kesabaran diperlukan juga ketekunan dalam memilih pesan mana yang patut kita simpan, kita telaah lebih dalam atau ada pesan yang perlu kita buang. Maka cukuplah 2 telinga kita untuk menerima pesan dan satu mulut kita untuk mengirimkan pesan, kalau 2 mewakili banyak dan 1 mewakili sedikit maka usahakanlah untuk mendengar sebanyak-banyaknya dan jangan banyak-banyak untuk berbicara. Karena hal yang sangat penting dalam memahami sebuah pesan adalah ketika kita dapat mendengarnya. 

Sahabat Alkitab, banyak teladan dalam Alkitab mengenai orang-orang yang dipilih Tuhan untuk melakukan hal-hal luar biasa.  Mereka mengawali karya dan aksinya dengan satu hal yang penting, yaitu belajar mendengar suara-Nya. Ketika Yunus mengalami tragedi diceburkan ke laut, karena ia tidak mau memahami apa yang telah ia dengar dari Tuhan. Sementara Nabi Nuh, Abraham, Yesaya, Paulus, Timotius, dan lainnya, tercatat melakukan hal-hal yang berdampak cukup besar di era mereka, karena hal sederhana yang mewah dampaknya, yaitu mendengar suara Tuhan. 

Di masa sekarangpun Tuhan sungguh ingin melakukan hal-hal hebat melalui diri kita. Tetapi maukah kita mengetahuinya? Maukah kita mendengar suara-Nya berbicara kepada kita? Kadang kita sulit untuk mendengar sesama kita, bisa saja itu pasangan kita, sahabat, atasan, anak buah, atau teman kita, karena keruhnya pikiran kita dengan banyaknya suara-suara ribut yang saling bersautan di dalamnya. Jika yang kasat mata saja tidak bisa kita dengar, bagaimana dengan Suara Tuhan yang tidak kasat mata? 

Sahabat Alkitab, marilah kita pertajam daya mendengar kita, kita perdalam kepekaan memahami kita. Kita bersihkan pikiran dan hati kita sehingga lapang dan penuh damai untuk menanggapi pesan-pesan yang kita terima. 

Mendengarkan bukan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Tetapi karena mendengar, kita bisa melakukan banyak hal. Firman Tuhan telah menunjukkan bahwa keajaiban dari "kepekaan mendengar" membuat manusia menjadi mahluk yang bisa berkembang, hingga melakukan hal-hal besar di masa hidupnya.

Sahabat Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia kini juga menyediakan salah satu sarana mendengar suaraNya: Alkitab Siniar. Atau, podcast Alkitab. Ada banyak hal yang kita bisa pelajari dari konten-konten yang terdapat di dalamnya. Dengan mendengarkan konten-konten tersebut, paling tidak pengetahuan kita disegarkan dan iman kita dikuatkan. Ya! iman yang timbul karena pendengaran, pendengaran oleh FirmanNya! Mari mendengar suaraNya.(hy&vs)

Salam Alkitab Untuk Semua.