“Kini Kita Memiliki Kedamaian”

“Kini Kita Memiliki Kedamaian”

Kehadiran Alkitab Mengubah Hidup Masyarakat Wichi

Rode Classen, staf dari Lembaga Alkitab Argentina membagikan kisah perjalanannya baru-baru ini ke komunitas berbahasa Wichi di utara Argentina, untuk menilai dampak kehadiran Alkitab Wichi yang terbit pada 2002. Ia ingin memperlihatkan kepada banyak orang bahwa penerjemahan Alkitab telah menginspirasi dan mengubah hidup banyak orang. Harapannya semakin banyak orang terdorong untuk ikut mendoakan dan mendukung karya penerjemahan Alkitab di berbagai belahan dunia

 

Delapan belas tahun telah berlalu sejak orang Wichí menerima Alkitab lengkap dalam bahasa mereka. Namun Ceferino dari Komunitas Wichí Santa María –di utara Salta, Argentina– masih mengenang momen itu dengan jelas.

“Semua orang datang –begitu banyak orang dari berbagai tempat, bahkan petugas polisi– karena peristiwanya seperti pesta besar,” dia tersenyum. “Semua orang bersukacita, karena akhirnya penerjemahan Alkitab telah selesai dan siap untuk diluncurkan.”

Masyarakat Wichi menyambut Alkitab dalam bahasa mereka dengan penuh haru. Namun, berkat yang mereka peroleh melalui kehadiran Kitab Suci dalam bahasa mereka tidak berakhir pada pesta peluncuran. Selama tahun-tahun berikutnya, Alkitab Wichí telah menginspirasi dan mengubah hidup, menata hubungan antarumat dan cara hidup berkomunitas. Mengenal Yesus Kristus melalui Alkitab telah mentransformasi kehidupan masyarakat Wichi. 

Lidah yang hidup

Siang itu sekelompok anak berkumpul di depan rumah di sebuah perkampungan: beberapa dari mereka bermain dengan pemintal, tertawa sambil melemparkannya ke tanah. Mereka mengobrol, bercanda, dan bertengkar bersama dalam bahasa ibu mereka, Wichí. Tidak ada dari mereka yang berbicara bahasa Spanyol, sampai seorang yang lebih tua melihat bahwa ada tamu yang datang. Dan mereka mulai menerjemahkan untuk kita. Anak-anak kecil terus berbicara Wichí, satu-satunya bahasa yang mereka kuasai. Hanya mereka yang duduk di bangku sekolah, tempat mereka belajar bahasa Spanyol, yang dapat berkomunikasi dalam kedua bahasa: Wichí dan Spanyol.

Lebih dari 60.000 orang Wichí tinggal di provinsi Salta, Formosa dan Chaco. Wichí adalah salah satu bahasa asli Argentina yang paling aktif digunakan. Setiap hari, keluarga-keluarga Wichí berkomunikasi di rumah dengan bahasa mereka dan mewariskan bahasa kepada anak-anak mereka, dari generasi ke generasi. Kebanyakan orang dewasa mengerti bahasa Spanyol tetapi hanya sedikit yang merasa nyaman untuk berbicara: mereka merasa sulit untuk mengekspresikan diri dan merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dalam bahasa asing.

Eduardo Pérez, seorang Wichí yang bekerja sebagai guru dan menguasai bahasa Spanyol dengan baik. Namun ia mengatakan bahwa tidak ada pengganti yang tepat selain bahasa ibu sendiri untuk berkomunikasi dan belajar tentang dunia. 

"Memiliki Alkitab dalam bahasa Wichí sangat penting, karena membantu saya untuk lebih memahami isinya," jelasnya. "Kami juga dapat membaca dalam bahasa Spanyol tetapi kami tidak benar-benar memahaminya dengan baik."

Injil pertama kali datang kepada masyarakat Wichí pada tahun 1911, lewat kedatangan misionaris Anglikan. Bagian Kitab Suci pertama dalam bahasa Wichí - Injil Markus - diterbitkan pada tahun 1919, dan Perjanjian Barunya terbit pada tahun 1962. Empat puluh tahun kemudian, pada tahun 2002, orang-orang Wichí menerima Alkitab lengkap dalam bahasa mereka.

”Awalnya kami memiliki bagian-bagian dari Alkitab (porsion), Injil, sampai kemudian terbit Perjanjian Baru,” catat Ceferino, salah seorang tetua di sana. “Dan belum lama ini kami mendapatkan Alkitab lengkap dalam bahasa kami.”

Belajar membaca

Ceferino menjelaskan bagaimana masyarakat, yang setengahnya buta huruf, menggunakan Alkitab yang baru diterbitkan untuk menolong mereka belajar membaca dan menulis.

“Awalnya kami belajar sedikit demi sedikit, berlatih menulis di pasir. Mereka yang bisa membaca, membaca dengan lantang dari Alkitab, dan kami semua mendengarkan.”

“Dengan cara ini, orang-orang belajar Firman Tuhan dan tahu ada gaya hidup lama yang harus mereka tinggalkan. Beberapa orang yang sudah mengenal Firman Tuhan kemudian ingin berbagi apa yang telah mereka pelajari dengan penutur Wichí lainnya, jadi mereka melakukan perjalanan ke orang-orang yang tinggal di gunung atau di seberang Sungai Pilcomayo.”

Sebuah proyek literasi(pemberantasan buta aksara) yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Argentina telah membantu banyak penutur Wichí belajar membaca dan menulis dalam bahasa mereka sendiri, dengan menggunakan terjemahan Alkitab Wichí sebagai alat belajar. Pada tahun 2019, 263 orang telah menyelesaikan pelatihan.

“Pelatihan ini sangat membantu saya untuk belajar lebih banyak tentang Firman Tuhan,” kata Fanny, 35 tahun, salah satu peserta. “Setelah membaca Alkitab, saya belajar banyak hal yang menguatkan saya di masa-masa sulit, dan bagaimana harus hidup sebagai orang percaya. Hal-hal tersebut tidak saya ketahui sebelumnya. Saya bisa membaca Alkitab dalam bahasa Spanyol, tetapi saya hanya mengerti sangat sedikit dibandingkan ketika saya membacanya dalam bahasa saya sendiri.”

“Firman Tuhan dalam bahasa kami  telah menjadi hal yang paling penting dalam hidup kami dan tidak ada hal lainnya yang dapat menggantikan peran Alkitab sebagai pemandu dan penolong dalam menjalani kehidupan kami,” tegas Ceferino.

Cahaya di komunitas

Pada suatu sore musim semi yang panas, Julia membuka yica - tas kain tenun warna-warni - dan mengeluarkan Alkitabnya. Dia membolak-balik halaman yang telah ditandai, memilih satu bagian dan mulai membaca dengan suara lembut: "Jesus yachajo tä tahuyej Wichí wet yok ...".

Teksnya adalah Yohanes 8:12, ketika Yesus berkata:”Akulah terang dunia ... Siapa pun yang mengikuti Aku akan memiliki terang kehidupan, dan tidak akan pernah berjalan dalam kegelapan. ”

”Bagian itu sangat penting karena itulah yang terjadi dengan kami. Tuhan telah menunjukkan kepada kita jalan menuju kehidupan. Firman Tuhan mencerahkan orang agar bisa hidup bersama dalam damai,” jelas Julia.

Ketika orang-orang mendiskusikan dampak Alkitab terhadap komunitas mereka, istilah 'damai' dan 'hidup bersama' sering muncul.

“Saya mengingat masa-masa ketika kami belum memiliki Firman Tuhan dalam bahasa kami, saat itu tidak ada kedamaian,” kata Calixto, 67. “Sekarang kami memiliki tempat di mana kami semua dapat hidup bersama dengan aman, tidak seperti masa-masa sebelumnya. Dahulu setiap keluarga tinggal berjauhan dan saling terpisah di gunung.”

Hidup itu sangat sulit

"Hidup sangat sulit sebelumnya," kata Felix, 69 tahun, menyetujui pendapat Calixto. "Sekarang, bahkan mereka yang belum percaya mendapatkan manfaat dari kenyataan bahwa Injil ada di tengah-tengah kita dan menerangi kehidupan kita, karena kita semua tinggal dalam kebersamaan dan kedamaian."

Sampai hari ini, Alkitab Wichí terus menyatukan masyarakat dan menciptakan rasa kebersamaan. Bencana banjir dan berbagai masalah lainnya pernah membuat penduduk desa dan komunitas Wichí mengungsi beberapa kali. César Juárez, 39, yang membantu mengajar kursus ’Hidup Berkelimpahan’ di Wichí (kursus pemuridan dan literasi), telah melihat secara langsung bagaimana ketekunan membaca dan merenungkan firman Tuhan setiap hari telah membantu para pengungsi Wichí bangkit, melewati segala pergumulan yang mereka alami dan membangun kembali kehidupan mereka. 

”Kehadiran Firman Tuhan, sejauh yang saya lihat, telah membawa banyak perubahan ke arah yang lebih baik,” katanya. “Perkampungan ini baru selesai dibangun, jadi kami baru saja mulai menjalankan kursus ini. Sebelum kursus Kitab Suci dimulai, banyak hal-hal di sini yang tidak baik. Tetapi sekarang masyarakat telah jauh lebih baik. Orang-orang hidup berdampingan dan saling mengunjungi.”

 Banyak orang di komunitas Wichí bersyukur bahwa Firman Tuhan telah memberi mereka kedamaian, menghilangkan ketakutan mereka dan mengubah hidup mereka.

"Sekarang Firman Tuhan tinggal bersama kita dan, dengan demikian, Tuhan bersama kita," kata Ceferino. "Bahkan jika saya pergi, anak-anak saya akan terus memiliki Firman Tuhan bersama mereka."