Lord Baden Powell: Bapak Pramuka Sedunia

Lord Baden Powell: Bapak Pramuka Sedunia

 

Setiap 14 Agustus kita merayakan hari Pramuka. Sebelum bernama Pramua, organisasi ini disebut dengan Kepanduan. Sedangkan sebutan internasional untuk gerakan Kepanduan adalah Scouting atau Scout Movement. Di Indonesia, istilah Pramuka dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Istilah itu diambil dari kata Poromuko yang berarti pasukan terdepan dalam perang. Namun, kata Pramuka diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Gemar Berkarya”.

Sejarah kepanduan di seluruh dunia. tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup Baden Powell. Karena ialah yang merintis dan mengembangkan gerakan kepanduan ke seluruh dunia. Baden Powell, atau bernama lengkap Robert Stephenson Baden-Powell, adalah komandan militer Inggris yang kelak dikenal sebagai Bapak Pramuka Dunia. Ia lahir di London pada 22 Februari 1857 ini adalah putra seorang profesor di Universitas Oxford. Baden Powell adalah anak kedelapan dari 10 bersaudara. 

Saat ia lahir, ibunya memandangi muka Baden sambil berkata lirih,”Semoga kamu jadi orang berguna seperti George Washington.” Bayi ini memang lahir pada waktu orang merayakan hari lahir Bapak Pendiri Amerika Serikat, George Washington, yang ke-125. Ayahnya yang duduk di tepi ranjang mengangguk mengiyakan penuh harapan. Ayahnya adalah seorang profesor yang mengajar di Universitas Oxford. Usianya baru tiga tahun saat ayahnya meninggal dunia. Alhasil, ia dan saudara-saudaranya dibesarkan oleh sang ibu, Henrietta Powel. Henrietta Powel bagi Baden Powell bukan sekadar ibu, tetapi juga guru. Sebab, Baden Powell pertama kali menerima pendidikan dari sang ibu, sebelum melanjutkan pendidikan di Rose Hill Scholl.

Baden bersama kakak dan adiknya banyak bermain di alam bebas. Berenang dan mendayung perahu di sungai. Naik ke bukit. Menjelajahi hutan. Berkemah di padang rumput. Pokoknya mereka menyukai petualangan. Seringnya mereka bertualang di alam bebas, membuat Baden dan saudara-saudaranya bertumbuh menjadi anak muda yang mandiri dan percaya diri. Mereka cekatan, sigap, terampil, dan gesit. Kegiatan itu pun menimbulkan cita-cita pada diri Baden. Katanya,”Aku mau menjadi orang yang berguna. Menolong orang yang tenggelam di sungai, memandu orang yang tersesat di hutan, dan menggendong yang kakinya terkilir.”

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Baden Powell mendapatkan beasiswa di Chaterhouse School, salah satu sekolah menengah paling bergengsi di Inggris. Ibunya selalu mendorong anak-anaknya untuk selalu bersemangat mempelajari keterampilan baru, Baden Powell pun senang mempelajari piano dan biola

Baden masuk sekolah menengah berasrama. Bapak asramanya cerewet dan galak. Tiap malam pintu gerbang dikunci. Akan tetapi Bden punya akal. Ia dan teman-teman sekamarnya turun dari jendela di loteng dengan seutas tali. Lalu mereka pergi ke hutan. Menangkap kelinci liar, membuat api unggun, dan berpesta kelinci panggang. 

Pernah, suatu malam bapak asramanya berkeliling  menginspeksi kamar. Ia heran mengapa semua anak yang sekamar dengan Baden tidur  dengan muka ditutup selimut. Dibukanya selimut itu. Ternyata di baliknya cuma ada bantal. Baden dan teman sekamarnya dihukum. Selama seminggu mereka melakukan kerja paksa dan tidur di lantai. 

Setamat sekolah menengah, Baden masuk Akademi Militer Sandhurst. Latihan fisik di alam bebas berat, namun Baden justru menyukainya. Lulus Akademi Militer, Baden masuk Resimen Berkuda (Kavaleri). Pasukannya ditempatkan di Mumbai, India. Inilah petualangan yang diimpikan oleh Baden sejak kecil. 

Hari libur digunakannya untuk keluar masuk kuil dan mengikuti segala upacara adat istiadat setempat. Bersama  dengan penduduk desa ia berburu babi hutan. Ia senang menyantap masakan India di rumah penduduk, baik yang beragama Kristen, Hindu maupun Islam. Dalam sebuah penugasan di India pernah Baden Powell sebagai pembantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri yang berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung.

Selain di India, Baden juga pernah bertugas di Afganistan Utara, Afrika Selatan, Malta, dan Irlandia. Baden sesungguhnya tidak suka memegang senjata apalagi berperang. Bagi dia yang menarik menjadi tentara adalah petualangan ke tempat yang asing dan bergaul dengan penduduk setempat. 

Sepulang dari Afrika, Baden Powell diangkat menjadi Letnan Jenderal dan memimpin garnisun Inggris yang mempertahankan kota Mafeking, di Afrika Selatan melawan sekitar 5.000 tentara Boer. Pasukan Inggris terkepung bangsa Boer selama 127 hari dalam keadaan kekurangan makan. Sebagai pemimpin Baden Powell menunjukkan ketrampilan, keberanian dan kecerdikannya dalam memimpin sehingga pasukannya akhirnya beroleh kemenangan. Kemenangannya dalam perang tersebut membuat Baden Powell dianugerahi gelar pahlawan nasional. 

Pernah Baden Powell menerima sebuah penugasan istimewa untuk menjalin hubungan dengan Suku Ashanti di Afrika Barat. Baden belajar banyak hal dari penduduk Ashanti, termasuk adat istiadatnya. Namun ia juga banyak mengajar. Ia menasihati agar penduduk desa yang selama ini hidup saling cuek, saling menjarah, dan saling membunuh, untuk memilih cara hidup saling belajar, saling menghargai dan saling berguna.

Di tengah suku Ashanti inilah Baden menemukan dasar-dasar yang kemudian ia kembangkan menjadi  gerakan kepanduan, dengan motto “Siap Siaga”. Siapa untuk apa? Siap untuk menolong diri sendiri dan orang lain. 

Gerakan kepanduan yang dibayangkan oleh Baden Powerfull, mendidik anak untuk tidak menyia-nyiakan waktu, melainkan justru mengembangkan segala potensi yang ada pada diri masing-masing sehingga menjadi orang yang berguna. 

Pada tahun 1900 terbitlah buku Baden yang berjudul Ads to Scouting. Lalu pada tahun 1908 buku Scouting for Boys dan kemudian Girls Guides untuk kepanduan perempuan. 

Dengan cepat buku-buku Baden menyebar ke seluruh Inggris. Di banyak kota dibentuk kelompok-kelompok pandu. Buku-buku Baden juga diterjemahkan di negara-negara lain. Alhasil, di banyak negara lahir kepanduan. 

Pada tahun 1907, Baden Powell menyelenggarakan acara kamp eksperimental di Pulau Brownsea. Dia mengumpulkan 22 anak laki-laki, beberapa anak kaya dari sekolah swasta dan beberapa dari rumah kelas pekerja biasa. Mereka kemudian berkemah. Ini adalah gerakan awal Pramuka.

Pada tahun 1920 diadakan Jambore (Perkemahan Raya) Pandu Internasional I di London yang dihadiri oleh kontingen dari seluruh dunia. Dari Asia hadir Tiongkok, Jepang dan Muang Thai. Kontingen Indonesia digabungkan dengan Kontingen Belanda. Pada Jambore ini Baden ditetapkan menjadi Bapak Pandu Sedunia dan tanggal lahirnya, 22 Februari, dijadikan Hari Pandu Sedunia. 

Sibuk dengan petualangannya, membuat Baden sejak muda tidak tertarik untuk punya pacar, apalagi punya istri. Namun, pada usia 55 tahun, akhirnya Baden Powell menikah juga. Istrinya, Olave Clair, sangat suka gaya hidup sederhana. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai tiga orang anak. 

Di Indonesia gerakan kepanduan disebut Pramuka. Lambangnya berganti menjadi tunas kelapa sebagai simbol serbaguna. Akan tetapi, jiwanya sama dengan ajaran Baden Powell. Misalnya, salah satu janji pramuka adalah: “Menolong Sesama Hidup”. Bukan sekadar sesama manusia tanpa membedakan agama dan bangsa, melainkan sesama hidup. Itu termasuk hewan, tanaman, sungai, laut, hutan. Pokoknya seorang Pramuka sejati dituntut menghargai segala kehidupan. 

Menjadi pandu itu menyenangkan, namun bukan sekadar menyenangkan diri sendiri melainkan untuk menyenangkan orang lain. Caranya adalah senantiasa siap untuk saling membantu. Ini sesuai dengan ajaran Kitab Suci, seperti ditulis oleh Rasul Paulus,”Janganlah kita menyenangkan diri sendiri saja. Sebaliknya kita masing-masing harus menyenangkan hati sesama, saudara kita untuk kebaikannya…..Sebab Kristus pun tidak memikirkan kesenangan dirinya sendiri” (Rm. 15:1-3, BIMK).

Pramuka menuntun kita untuk belajar sebagai tim.  Selain itu kita juga belajar mengembangkan jiwa kepemimpinan, kepemimpinan yang baik. Seorang pandu berjanji untuk senantiasa suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Yang ada di dalam kepala,  yang diucapkan melalui perkataan, maupun yang diperbuat dalam tindakan harus suci lahir dan batin.

Sekitar 1938, Baden Powell jatuh sakit dan ia memutuskan kembali ke Afrika, tepatnya di Nyeri, Kenya, tempat yang memiliki arti mendalam dalam hidupnya. Baden Powell sejak saat itu boleh disebut memasuki masa pension dan beristirahat dari berbagai kegiatan. Pada 8 Januari 1942, Baden Powell meninggal dunia pada usia 83 tahun. Ia dimakamkan di sebuah makam kecil dengan pemandangan alam Gunung Kenya. “Robert Baden-Powell, Pimpinan Pramuka Dunia” terpahat di batu nisannya.

Kepada para pandu dunia Lord Baden Powell meninggalkan surat wasiatnya. Berikut petikan surat wasiatnya,

 “….Aku akan meninggal dunia….Hidupku sangat bahagia…Kebahagiaan bukan timbul karena harta, tetapi karena kamu membuat dirimu sehat sehingga kamu dapat berguna bagi orang lain. Kamu menjadi bahagia jika kamu membuat orang lain bahagia.

Tuhan telah menciptakan banyak hal yang indah dan menakjubkan dalam dunia. Nikmatilah….Hargailah….Saat kamu nanti meninggalkan dunia ini, usahakanlah agar dunia ada dalam keadaan lebih baik dari waktu kamu hidup. Supaya kamu meninggalkannya dengan bangga bahwa kamu tidak menyia-nyiakan hidupmu, melainkan sudah mempergunakannya sebagai orang yang berguna! Temanmu Baden Powel.”