Sir Isaac Newton: Sang Ilmuwan, Penemu dan Guru Yang Sangat Mengasihi Allah

Sir Isaac Newton: Sang Ilmuwan, Penemu dan Guru Yang Sangat Mengasihi Allah

 

Semua temuan saya adalah jawaban atas doa saya (Isaac Newton)

Isaac Newton dikenal sebagai salah seorang ilmuwan terbesar sepanjang masa. Yang tidak begitu diketahui orang adalah imannya yang sangat teguh kepada Allah dan keyakinannya bahwa penelitian ilmiah membawa orang kepada pengenalan yang lebih dalam tentang Allah, Pencipta alam semesta. 

Perjuangan Masa Muda

Isaac Newton lahir Woolthorpe, Lincolnshire, Inggris pada malam Natal 1642. Di malam yang begitu dingin, bayi yang lahir premature itu tampaknya tidak mungkin bertahan hidup. Namun, perlahan-lahan ia bertambah besar dan kuat. Tapi tahun-tahun pertama hidupnya merupakan perjuangan yang sulit. Dua minggu sebelum Isaac lahir, ibunya menjadi janda. Meskipun dibantu neneknya, ibunya tetap kesulitan merawat Isaac karena sang ibu juga harus mengurus ladang dan peternakan mereka, sementara Perang Saudara masih berkecamuk di Inggris pada waktu itu. 

Beberapa tahun kemudian, ibunya menikah dengan seorang pendegta dari desa North Witham, tidak jauh dari tempat tinggal mereka, tetapi Isaac tetap tinggal di Woolthorpe dengan neneknya. Dia sering mengunjungi ibunya, dan dengan lahap membaca buku-buku dari perpustakaan ayah tirinya. Alkitab menjadi salah satu bacaan favoritnya. 

Isaac kemudian bersekolah di King’s College di Grantham, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia anak yang rajin dan suka belajar. Ketimbang bermain-main seperti anak laki-laki lainnya, ia lebih suka membuat model-model kincir angina atau kereta. Bukan hanya ukuran mainan itu proporsional, bahkan semua komponennya juga bisa berfungsi. 

Untuk kedua kalinya ibunya menjadi janda ketika Isaac berusia 14 tahun. Isaac pun berhenti sekolah karena harus bekerja di ladang dan peternakan untuk menghidupi ibunya dan ketiga adik tirinya yang lebih muda dari dia. Tentu Isaac merasa sangat sedih kehilangan masa-masa bersekolahnya. Ibunya menyadari hal itu. Ketika King’s College bersedia membebaskan biaya sekolah Isaac karena kepandaian dan keadaan keluarganya yang miskin, Isaac pun kembali ke bangku sekolah dan menjalani pendidikannya sampai selesai. Semua guru dan teman-temannya mengagumi pengetahuan Isaac tentang Alkitab. 

Kemudian Isaac melanjutkan pendidikannya ke Trinity College di Universitas Cambridge dengan harapan nantinya menjadi pendeta gereja Inggris. Lagi-lagi ia mengalami kesulitan hidup, Untuk membiayai sekolahnya, ia terpaksa melakoni berbagai pekerjaan hingga berjam-jam setiap harinya, termasuk bekerja untuk profesornya.

Metode Eksperimen

Pada masa itu gagasan dari para cendekiawan Yunani masih menguasai apa yang diajarkan dalam bidang ilmu, sehingga berbagai temuan ilmiah muktahir sebagian besar diabaikan. Ini sangat menjengkelkan Isaac, yang sangat yakin bahwa gagasan-gagasan dalam ilmu pengetahuan harus diuji, dan baru diterima jika kegunaannya dapat dibuktikan. Isaac termasuk golongan yang mendukung metode eksperimen sebagai pembuktian gagasan dan ilmu. 

Isaac lulus tahun 1665, tak lama setelah wabah pes yang dikenal sebagai Black Death melanda London dan Eropa. Semua universitas ditutup selama wabah merajalela. Isaac kembali ke peternakan keluarganya yang sekarang diurus oleh adiknya. Di situ, Isaac melanjutkan studi mengenai teorema binomial, cahaya, teleskop, kalkulus dan teologi. Dia juga menyelidiki gaya berat bumi (gravitasi) setelah, kata orang, melihat buah apel jatuh dari pohon di kebunnya. Tapi Isaac baru dapat memecahkan teka-teki ini beberapa tahun kemudian. (Namun, beberapa pakar meragukan kebenaran “cerita buah apel” tersebut. 

Revolusi Dalam Matematika

Newton menerapkan teorema binomialnya pada deret tak hingga dan dari situ mengembangkan kalkulus sebagai bentuk matematika baru yang revolusioner. Dengan kalkulus, untuk pertama kalinya orang bisa menghitung dengan cermat luas bidang di dalam suatu ruang berisi lengkung, dan menghitung laju perubahan suatu kuantitas fisik terhadap kuantitas fisik lainnya. 

Sistem matematika serupa juga dikembangkan oleh ahli matematika Jerman, Gottfried Leibniz. Ini menyebabkan timbulnya perdebatan tentang siapa yang lebih dulu menemukan sistem tersebut. Kedua pihak saling menuduh telah mencuri hasil kerja pihak lain. Perdebatan itu berlangsung cukup lama dan itu merupakan masa-masa yang penuh tekanan baik bagi Newton maupun bagi Leibniz. Baru beberapa tahun kemudian disepakati bahwa keduanya mengembangkan kalkulus sendiri-sendiri pada waktu yang hampir bersamaan dan di tempat yang berlainan. Tidak ada yang berlaku curang. 

Optik

Ketika Universitas Cambridge dibuka kembali, Newton melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar sarjana, sambil mengajar dan melakukan penelitian. 

Dalam salah satu penelitiannya, Newton menggunakan prisma kaca untuk menunjukkan bahwa cahaya matahari terdiri atas berbagai warna, yang kita kenal sebagai warna-warni pelangi. Ini membuktikan pebahwa pendapat orang Yunani kuno mengenai cahaya adalah keliru. Pada masa Newton, perkembangan astronomi sangat terhambat oleh lensa teleskop yang menguraikan sebagai cahaya matahari menjadi warna-warna yang tak diinginkan sehingga mengaburkan pandangan. Meskipun bukan orang pertama yang mempertimbangkan penggunaan cermin lengkung sebagai pengganti lensa, Newton-lah yang pertama kali berhasil membuat teleskop  dengan menerapkan asas ini – asas yang sampai sekarang masih dipakai dalam banyak jenis teleskop.

The Royal Society

Tahun 1672 Newton diterima sebagai anggota Royal Society – kelompok ilmuwan yang mengabdikan diri kepada metode eksperimental. Kepada kelompok ini Newton menyumbangkan salah satu teleskopnya yang baru bersama temuannya tentang cahaya. Kelompok ini membentuk sebuah komisi, yang dipimpin oleh Robert Hooke, untuk menilai temuan-temuan Newton. Hooke dipekerjakan oleh Royal Society untuk mengujicoba temuan-temuan baru. Namun, karena Hooke memiliki gagasan sendiri tentang cahaya, dirinya enggan menerima kebenaran temuan Newton. Ini membuat Newton heran dan kecewa, sehingga dia memutuskan tidak akan mempublikasikan temuannya lagi. 

Meskipun banyak orang memandang Newton terlalu sensitive terhadap penilaian atas karyanya, sebenarnya dia hanya cemas kalau waktu yang dipakai untuk mengujicoba temuan-temuan tersebut akan menghambatnya untuk melakukan penelitian dan membuat temuan baru. 

Campur Tangan Politik   

Isaac Newton hidup pada masa politik, agama dan pendidkan belum terpisah. Waktu itu Raja Charles II memerintahkan agar, setelah tujuh tahun, setiap pengajar di sekolah-sekolah Trinity College, tempat pendidikan para pendeta Gereja Anglikan. Termasuk orang-orang seperti Newton yang hanya mengajar matematika dan ilmu alam, bukan teologi. 

Meskipun sangat taat beragama, Newton tidak sepenuhnya setuju dengan doktrin Gereja Anglikan pada waktu itu. Jadi, nuraninya tidak membenarkan dirinya ditahbiskan menjadi pendeta tersebut. Dia bahkan sangat menentang keterlibatan politik dan urusan agama dan pendidikan. Satu-satunya jalan supaya Newton bisa tetap mengajar adalah jika raja memberi pengecualian kepadanya. Tapi orang lain yang penah minta hal yang sama ternyata ditolak.

Unjuk Rasa Mendukung Newton

Newton berangkat ke London dan selama satu minggu memperjuangkan kasusnya di hadapan raja. Selama di London, Newton berkesempatan mengenal lebih baik ilmuwan-ilmuwan lain di Royal Society, dan sebaliknya. Mereka yang selama ini hanya mengenal Newton dari surat-suratnya untuk membela temuannya,  menyadari kekeliruan mereka menafsirkan sikap percaya diri Newton sebagai kesombongan. Mereka menjadi tahu bahwa sikap tidak sabar Newton semata-mata didorong oleh keinginannya untuk segera melanjutkan penelitian baru. Setelah para ilmuwan itu tahu bahwa Isaac Newton sebenarnya orang yang ramah dan peduli dengan orang lain, mereka pun bangkit mendukungnya. Untung bagi Newton dan ilmu pengetahuan, permintaannya untuk melanjutkan tugas di Trinity College tanpa harus menjadi pendeta, dikabulkan raja. 

Gravitasi

Pada masa Newton hidup banyak orang percaya takhayul, sehingga takut terhadap segala sesuatu yang tidak dipahami – misalnya kemunculan komet, dianggap sebagai pertanda malapetaka. Bahkan para ilmuwan umumnya menganggap gerakan planet-planet dan gerakan benda-benda di bumi sebagai hal yang terpisah. Sebaliknya, Newton berpandangan, karena yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang sama, maka baik gerakan planet maupun gerakan benda di bumi diatur oleh hukum yang sama. 

Tahun 1684, Newton mulai memikirkan gaya berat. Dia mengembangkan teori gravitasi universalnya yang menggunakan apa yang kemudian dikenal sebagai hukum kuadran terbalik. Dia mengembangkan tiga hukum gerak dan membuktikan secara matematis, bahwa hukum yang sama bisa diterapkan baik kepada benda-benda angkasa maupun benda di bumi. Iman kristiani menuntun pikirannya ke arah yang benar. 

Ketika Newton sedang menyelidiki gerakan planet, dengan jelas dia merasakan bimbingan Tuhan. Dia menulis,”Sistem matahari, planet, dan komet yang begitu indah, hanya bisa berasal dari pemikiran dan kekuasaan suatu hakikat yang mahacerdas, ….hakikat ini menguasai semua hal…Tuhan dari semuanya.

Sekali lagi Newton menghadapi masalah dengan saingan lamanya, Robert Hooke. Beberapa ilmuwan percaya bahwa hukum kuadrat terbalik mungkin berlaku, namun mereka tidak bisa membuktikan  bahwa hukum ini akan menghasilkan orbit elips seperti yang digambarkan oleh pakar astronomi Jerman, Johannes Kepler. Hooke membual bahwa dia bisa, tapi ternyata dia juga gagal. Tak lama kemudian, Newton berhasil membuktikannya, dan Hooke ingin ikut mendapatkan pengakuan. 

Karena tidak ingin dianggap sepihak, selain tidak adanya dana, Royal Societies enggan menerbitkan karya besar Newton Principia Mathematica. Namun, seorang kawan Newton, pakar astronomi, Edmond Halley, secara pribadi membantu membiayai penerbitan buku tersebut dalam tiga tahap pada tahun 1687. (Halley kelak memakai hukum Newton dalam kajiannya mengenai komet yang seperti planet-planet, berorbit mengelilingi matahari dengan jalur elips. 

Menentang Raja

Setelah tahun 1685, lagi-lagi Newton menghadapi masalah karena raja ingin mencampurkan politik, agama, dan pendidikan. James II, raja baru Inggris, ingin agar Trinity College menganugerahkan gelar kepada orang-orang yang menganut paham agama yang sama dengannya, sekalipun tidak berhak. Karena perguruan tinggi tersebut menolak, Newton bersama dengan delapan koleganya dibawa ke Pengadilan Tinggi dengan tuduhan yang dibuat-buat. Meskipun tuduhan tersebut ditolak, peristiwa tersebut membuat kesembilan orang tersebut sangat tertekan. 

Tapi, meskipun sepanjang hidupnya Newton mengalami banyak kesulitan dan perjuangan berat, dia tidak pernah kecewa. Sebaliknya, seperti tampak dari kata-katanya, justru dia makin dengan dengan Allah. ”Pencobaan adalah obat yang diberikan oleh Dokter kita Yang Mahamurah dan Arif, karena kita memang memerlukannya, dan Dia sendiri yang menjatahkan berapa sering dan seberapa berat pencobaan itu, sesuai kebutuhan kita. Mari kita mempercayai kepiawaian-Nya dan berterima kasih untuk resep yang diberikan.”

Tahun-tahun Kemudian

Isaac Newton mewakili Universitas Cambridge sebagai anggota Parlemen tahun 1689 dan 1690. Tahun 1690 kesehatannya memburuk. Ini mungkin karena gangguan saraf akibat kerja bertahun-tahun dan seringnya ia mengalami ketegangan. Akhirnya memang Newton bisa kembali sembuh dan benar-benar pulih. Selama beberapa tahun kemudian, Newton mewujudkan apa yang menjadi cintanya yang kedua: membaca Alkitab. Buku-buku yang dia tulis antara lain Chronolgy of Ancient Kingdoms dan Observations Upon The Prophecies of Daniel. 

Tahun 1696, pemerintah mengangkatnya menjadi Pelindung Mata Uang. Tugasnya adalah mengawasi penggantian mata uang Inggris yang telah tua dan rusak dengan mata uang baru yang lebih tahan lama. Dia juga bertanggung jawab membongkar jaringan pemalsu mata uang. 

Tahun 1701, Newton kembali menjadi anggota Parlemen Inggris. Dua tahun kemudian ia terpilih sebagai Presiden Royal Societiy. Terpilihnya Newton untuk jabatan tersebut hingga masa-masa akhir hidupnya menunjukkan betapa rekan-rekannya sesama ilmuwan sangat menghormatinya. Setelah kembali ke dunia ilmu, Newton menerbitkan karya pertamanya mengenai cahaya. Buku Opticks (Optik) memuat temuan-temuannya mengenai optic dan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut. Negara secara resmi mengakui karya-karyanya dan pada 1705 Newton menjadi orang pertama yang dianugerahi gelar kebangsawanan karena prestasinya di bidang ilmu. 

Tidak diragukan lagi, Isaac Newton adalah salah seorang ilmuwan yang terbesar. Sumbangannya banyak dan beragam, termasuk gagasan-gagasarn revolusioner dan perekayasaan hal-hal praktis. Karyanya tentang fisika, matematika dan astronomi tetap penting sampai sekarang. Newton begitu terkenal karena sumbangannya ini. Namun, Newton tetap rendah hati. Dia mengakui bahwa keberhasilannya itu semata-mata karena TUhan. Katanya,”Semua temuan saya adalah jawaban atas doa saya.”

Newton mengasihi Allah dan mempercayai firman Allah. Dia menulis,”Saya percaya Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis oleh orang-orang yang menerima wahyu. Saya membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari.” Dia juga menulis,”Ateisme tidak masuk akal. Ketika saya mengamati tata surya, saya melihat bumi pada jarak yang ideal dari matahari, sehingga menerima panas dan cahaya dalam jumlah yang ideal pula. Ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan.”

Sir Isaac Newton meninggal pada 1727, dalam usia 84 tahun. Dia mendapatkan kehormatan dimakamkan di Westminter Abbey. 

 


Diringkas dari buku Para Ilmuwan Mempercayai Ilahi, Ann Lamont, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih.