Ayat 17 diawali dengan negasi atau kontras yang disertai penekanan. Secara hurufiah bagian ini dapat diterjemahkan “tetapi kalian, ketika kalian berpuasa”. Tuhan Yesus sedang membandingkan praktek puasa yang dilakukan oleh orang-orang munafik dengan yang seharusnya dipraktekkan oleh murid-murid-Nya.
Meminyaki rambut dan mencuci wajah (ayat 17) merupakan rutinitas setiap hari bagi orang-orang Yahudi. Tidak ada yang istimewa dengan dua tindakan ini. Dengan kata lain, Tuhan Yesus sedang menasihati para pengikut-Nya untuk berperilaku dan berpenampilan seperti hari-hari biasa tatkala mereka tidak sedang berpuasa. Ini sesuai dengan tujuan dari nasihat ini, yaitu “supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa” (ayat 18a).
Jika meminyaki rambut dan mencuci wajah adalah aktivitas yang tidak lazim, orang lain tetap akan mengetahui bahwa ada sesuatu yang spesial dengan orang yang meminyaki rambut dan mencuci wajahnya. Mereka akan mencari tahu alasan di balik tindakan tersebut. Jika ini yang terjadi, kemunafikan tetap masih bisa terjadi, hanya saja penampilan luarnya berbeda.
Puasa bukanlah alasan untuk melarikan diri dari aktivitas dan tanggung-jawab kita setiap hari. Yang berbeda pada saat puasa bukanlah penampilan dan aktivitas kita, melainkan hati dan fokus hidup kita. Apa gunanya puasa jika seseorang hanya menghabiskan waktu tidur seharian di dalam rumah? Puasa harus menjadi sesuatu yang biasa bagi kita, dan juga dilakukan dengan cara yang biasa.
Orang lain tidak perlu mengetahui puasa yang kita sedang lakukan, karena puasa terutama adalah tentang kita dengan Allah. Puasa ditujukan kepada Allah, bukan kepada manusia. Puasa merupakan salah satu wujud pertobatan kita di hadapan Allah (Yoel 2:12). Bangsa Niniwe memaklumkan puasa nasional sebagai tanda pertobatan (Yun 3:5). Puasa adalah wujud persandaran yang total dan sungguh-sungguh kepada Allah. Ester, Mordekhai, dan seluruh orang Yahudi di pembuangan berpuasa sambil mempertaruhkan nasib mereka ke dalam tangan TUHAN (Est 4:3, 16). Jemaat mula-mula berdoa dan berpuasa tatkala mereka menyerahkan Barnabas dan Saulus untuk tugas pemberitaan injil (Kis 13:2-3). Demikian pula dengan para rasul yang menyerahkan para penatua di setiap kota ke dalam tangan Tuhan melalui puasa bersama (Kis 14:23). Puasa adalah tentang kita dan Allah.
Kalaupun sebuah puasa berkaitan dengan orang lain, tujuan dari puasa yang semacam itu adalah untuk kepentingan orang lain, bukan diri sendiri. Daud berpuasa dan menangisi kemalangan yang menimpa orang lain (Mzm 35:13-14). Puasa yang dilakukan oleh bangsa Yehuda dikecam oleh Nabi Yesaya karena mereka tidak memperhatikan kesusahan orang lain (Yes 58:3-7).
Bagi mereka yang berpuasa secara benar, Bapa di surga tidak akan menutup mata terhadap hal itu. Apa yang dilakukan di tempat yang tersembunyi akan diketahui oleh Bapa yang juga berada di tempat yang tersembunyi (ayat 18b). Pandangan orang lain adalah tidak penting.
Allah bukan hanya mengetahui. Dia pun memberikan upah. Dalam kedaulatan dan anugerah-Nya Allah telah menetapkan ini sebagai sebuah pola rohani. Tindakan yang dilakukan tanpa motivasi untuk mendapatkan apapun justru akan diapresiasi dengan upah ilahi.
Apa yang Tuhan Yesus ajarkan hari ini sangat perlu digarisbawahi. Disiplin rohani berupa puasa seringkali diabaikan oleh banyak orang Kristen. Kita terjebak pada rutinitas kehidupan sehingga lupa meluangkan waktu secara khusus bersama Allah di dalam doa dan puasa. Kita seringkali menganggap dosa menjadi hal yang terlalu biasa sehingga kita tidak merasa perlu untuk menangisi dosa-dosa itu secara sungguh-sungguh di dalam puasa kita. Kita juga tidak jarang merasa diri kuat tanpa campur tangan Tuhan. Itulah sebabnya kita merasa tidak perlu untuk berpuasa secara khusus pada waktu merencanakan atau melakukan sesuatu.
Dengan berpuasa kita disadarkan dan diingatkan bahwa kita begitu lemah. Tanpa makanan dan minuman saja kita begitu tidak berdaya, apalagi hidup tanpa Tuhan, Sang pemberi makanan dan minuman. Dengan berpuasa kita belajar untuk mengendalikan hawa nafsu. Keinginan untuk makan dan minum dikontrol sedemikian rupa sehingga kita dapat berfokus pada Allah. Soli Deo Gloria.
Salam Alkitab Untuk Semua.