Menindaklanjuti proses penyelesaian konflik yang terjadi antara dia dengan Lot, Abram pun harus menerima hasil bahwa ia kebagian tanah yang seolah-olah tidak lebih baik dari tanah yang dipilih oleh Lot. Kita memang tidak menemukan narasi yang secara eksplisit menampilkan suara atau respons Abram terhadap situasi pada saat itu dimana ia harus menerima sisa wilayah dari pilihan Lot. Namun, di tengah kondisi demikian kita justru melihat kehadiran suara TUHAN yang meneguhkan Abram untuk menjalani wilayah baru tersebut. TUHAN juga kembali mempertegas janji yang sebelumnya telah Ia sampaikan kepada Abram. TUHAN memilih dan membawa Abram untuk mengalami petualangan iman dan berkat, bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga turun-temurun.
Kehadiran TUHAN pada saat itu merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh Abram. Mengapa demikian? Pertama, kita dapat menyimpulkan bahwa Abram adalah orang yang sangat menghargai kekerabatan sehingga ia bersedia menerima tanah yang dianggap tidak lebih baik dari tanah yang dipilih Lot. Kedua, kondisi itu menempatkan Abram untuk berhadapan dengan tanah yang kurang menggiurkan sehingga sangat manusiawi jika Abram mengalami dilema. Pada satu sisi ia mungkin saja mengakui bahwa tanah yang Lot pilih jauh lebih baik, tapi pada sisi lain ia juga tidak ingin memaksakan tanah tersebt menjadi pilihannya. Sederhanya, Abram berada pada posisi dimana ia mau-tidak mau untuk menerima pilihan yang ada, yaitu tanah yang tidak lebih menggiurkan. Artinya, merupakan sesuatu yang manusiawi jika Abram mengalami kekenduran semangat dan pada kondisi inilah kehadiran TUHAN menjadi modal bagi Abram untuk memasuki tanah tersebut.
Terdapat tiga kata perintah yang sangat penting untuk kita terapkan dalam menjalani hidup sebagai seorang percaya, yakni: Pandanglah, Bersiaplah, dan Jalanilah! Ketiganya menjadi seruan dari TUHAN kepada Abram agar ia melanjutkan petualangan imannya ke tanah yang sekilas dianggap tidak lebih baik dan mengendurkan semangat. Seruan itu juga berlaku untuk kita di masa sekarang. Setiap kita mungkin punya pengalaman dimana kita merasa kondisi hidup tidak sedang baik-baik saja. Atau, kita juga sedang merasa tidak punya pilihan selain menjalani proses hidup yang ada saat ini meskipun kita tidak ingin menjalaninya. Sangat mungkin bagi manusia untuk mengalami kekenduran semangat dalam menjalani kesehariannya ketika ia merasa berada pada posisi yang tidak memiliki pilihan. Namun, pengalaman Abram dan pertemuan dengan TUHAN ini menjadi sebuah kesaksian iman bahwa TUHAN tidak pernah membiarkan kita menjalani hidup dalam kepasrahan. Justru, TUHAN ingin agar setiap manusia yang percaya kepada-Nya menjalani segala proses kehidupan dalam semangat dan pengharapan.