Konsep kebersihan menjadi bagian yang esensial dan terintegrasi dalam kehidupan beriman tradisi Israel kuno. Kita dapat menemukan beberapa ayat di Perjanjian Lama yang menekankan pentingnya menjaga kebersihan sebagai wujud upaya menjaga kekudusan di hadapan TUHAN. Di dalam kitab Imamat misalnya, setiap orang Israel, entah rakyat, imam maupun raja harus memperhatikan kebersihan tubuh, pakaian dan sikap hidupnya untuk berada di dalam perkemahan maupun pada saat ingin melakukan kurban persembahan serta penebusan dosa. Hal itu bukanlah sebuah perilaku formalitas belaka, melainkan menjadi pelatiha hidup yang terintegrasi antara sikap hidup nyata dengan keimanan di dalam TUHAN. Artinya, seseorang yang berupaya hidup dalam keimanan yang teguh kepada TUHAN tidak dipersilahkan membiarkan dirinya tampil dalam kesemrawutan, entah itu secara tampilan maupun sikap hidup relasional. Itu pula mengapa kita dapat melihat teguran dari TUHAN kepada orang Israel yang melibatkan unsur kebersihan, tahir dan kekudusan yang telah tercemar oleh perilaku umat.
TUHAN tidak sedang menegur umat Israel atas perilaku yang tidak menjaga kebersihan fisik maupun lingkungan belaka, melainkan Ia sedang mengkritisi keseluruhan cara hidup mereka yang telah semakin melanggar ketetapan hidup kudus di dalam TUHAN. Mereka sudah tidak lagi menganggap penting ketetapan hidup yang sudah TUHAN berikan. Hal ini juga berarti sosok TUHAN sudah tidak lagi penting untuk dipertahankan dalam hidup keimanan mereka. Perilaku mereka ibarat kain cemar yang tidak hanya mengganggu standar tampilan di hadapan TUHAN melainkan telah mengotori kekudusan kemuliaan TUHAN di hadapan bangsa-bangsa lainnya.
Sahabat Alkitab, firman TUHAN hari ini telah memberikan kita sebuah pedoman hidup untuk menjaga integrasi sikap hidup keseharian dengan cara pandang iman dalam relasi bersama TUHAN. Setiap perilaku yang kita wujudkan merupakan cerminan dari keimanan yang sedang kita bangun kepada TUHAN. Artinya, setiap perilaku yang kita tampilkan, entah itu melalui praktik peribadahan, kegiatan harian seperti belajar, bekerja maupun berelasi sejatinya merupakan cerminan kualitas iman yang kita berikan untuk TUHAN, bukan sebuah formalitas apalagi tindakan yang berujung pada kemunafikan belaka. Jadi, kualitas iman seperti apa yang ingin anda wujudkan?