Sebuah pertobatan sejatinya harus dilakukan dalam kerelaan dari masing-masing individu. Tidak ada pertobatan sejati yang terjadi dalam sebuah paksaan. Diperlukan sebuah kesadaran dan kerinduan yang begitu besar untuk mengalami pertobatan. Namun, ini bukan berarti sebuah pertobatan hanyalah upaya manusia secara mandiri. TUHAN tetap menjadi pihak yang berperan besar dalam kehidupan seorang manusia yang bertobat.
Kerendahan hati dalam mengalami pertobatan pun sangat diperlukan untuk meminimalisir munculnya kesombongan pasca pertobatan. Kesombongan ini akan semakin berbahaya ketika si invididu tidak menyadari bahwa ia sedang mengalaminya. Fase perubahan hidup dan komitmen iman yang baru saja seseorang lakukan biasanya membuat ia merasa menjadi lebih baik dibanding orang lain. Inilah kesombongan iman pasca pertobatan yang perlu disadari oleh setiap umat percaya sehingga segala pertobatan yang ia lakukan dapat sungguh-sungguh menjadi langkah iman yang sejati di dalam TUHAN.
Janji pemulihan yang TUHAN sampaikan kepada bangsa Israel pun semestinya cukup menjadi pengingat bagi setiap umat percaya bahwa perubahan hidup pasca pertobatan pada seorang manusia adalah hasil dari karya Ilahi, bukan hasil usahanya sendiri. Setiap perubahan dan dampak dari pertobatan tidak semestinya dijadikan produk pameran yang hanya menjadi bentuk kesombongan iman di hadapan orang lain. Justru, segala dampak dari pertobatan semestinya menjadi bentuk kesaksian yang menampilkan kemuliaan TUHAN di tengah lingkungan sekitar kita. Inilah mengapa TUHAN berkata, “Dan bangsa-bangsa yang tertinggal, yang ada di sekitarmu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN…”.
TUHAN berjanji untuk menghadirkan pemulihan bagi tanah yang tandus. Dia akan mengubahkan timbunan puing menjadi penuh dengan keramaian orang-orang yang mengusahakan tanah-tanah subur. Namun, itu semua bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan bangsa Israel tetapi juga untuk mempermuliakan keberadaan TUHAN di tengah-tengah umat-Nya. Sahabat Alkitab, setiap orang yang bertobat berarti ia bersedia untuk menjadikan TUHAN sebagai pusat dari kehidupannya dan selalu berkomitmen untuk mempermuliakan TUHAN melalui setiap aksi kehidupan kesehariannya. Selamat membangun kehidupan yang mempermuliakan TUHAN.