Pelatihan kedisiplinan dan kesigapan merupakan kenyataan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan prajurit. Itulah mengapa, mereka terbiasa mendapatkan beragam bentuk pelatihan untuk meningkatkan dan menjaga ketangkasan dalam mempersiapkan diri untuk siaga menjalankan tugas di segala situasi dan kondisi. Misalnya, para prajurit dibangunkan pada tengah malam hingga bersiaga dengan menggunakan pakaian tempur yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengukur lamanya waktu yang mereka butuhkan sejak bangun hingga berada dalam posisi siap siaga. Para prajurit aktif tentu terbiasa dengan model-model pelatihan seperti ini karena ketangkasan merupakan hasil pelatihan yang menjadi kebiasaan yang dapat menurun jika tidak dikelola secara tepat.
Persoalan ketangkasan juga menjadi bagian penting dalam hidup beriman sebagai umat TUHAN. Kita perlu melatih dan menjaga ketangkasan dalam merespons suara TUHAN yang hadir melalui setiap pesan khotbah, permenungan dari lagu-lagu pujian, kehadiran setiap orang di sekitar kita hingga beragam peristiwa yang terjadi pada sepanjang kehidupan. Hal yang disayangkan adalah ketika umat TUHAN tidak menyadari betapa pentingnya merespons suara TUHAN secara tangkas. Alhasil, tidak jarang umat TUHAN justru berleha-leha merespons TUHAN hingga justru terlupa.
Abraham, pada bacaan hari ini, pun menunjukkan sebuah ketangkasan dalam merespons perkataan TUHAN. Sesaat setelah TUHAN meninggalkan Abraham, ia pun segera melakukan segala perkataan yang TUHAN sampaikan kepadanya. Abraham tidak menunggu beberapa waktu lamanya untuk merespons firman TUHAN. Inilah bentuk nyata kepatuhan iman sebagai ketangkasan respons terhadap firman TUHAN.
Sahabat Alkitab, melalui permenungan ini, kita mendapati sebuah pembelajaran iman yang sangat mendesak untuk kita lakukan sebagai umat TUHAN. Kita perlu mengingat bahwa segala perkataan TUHAN perlu direspons secara sigap tanpa perlu mengulur waktu. Hal ini adalah upaya dari umat agar segala perkataan dan peran TUHAN tetap menjadi pengalaman nyata bukan sesuatu yang niskala. Oleh sebab itu, ketangkasan iman idealnya menjadi bagian konkret dari kompetensi seorang umat TUHAN.