Abraham kembali menunjukkan totalitas keramah-tamahannya terhadap para tamu asing yang singgah ke perkemahannya. Nampaklah bahwa Abraham tidak sekadar memberikan tempat perteduhan bagi mereka, tetapi ia juga menyediakan hidangan dari olahan bahan-bahan terbaik bagi ketiga tamu tersebut guna mendapatkan pemulihan tenaga dalam melanjutkan perjalanannya. Sikap Abraham ini pun menjadi nilai pembelajaran pertama yang perlu kita cermati sebagai modal pembentukan keramah-tamahan yang perlu kita wujudkan dalam hidup keseharian. Persoalannya adalah tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit orang yang masih merasa enggan untuk memberikan keramahannya dalam merespons kehadiran orang-orang di sekitarnya, entah yang dikenal apalagi yang tidak dia kenal. Oleh sebab itu, sikap Abraham pada perikop ini semestinya cukup memberikan penegasan bahwa keramah-tamahan perlu dilakukan dengan niat dan totalitas, bukannya serba tanggung atau sekadarnya.
Pembelajaran kedua yang kita dapatkan dari perikop bacaan ini adalah mengenai potensi berkat yang datang tak terduga. Ketiga orang yang dijamu oleh Abraham semestinya berstatus sebagai orang asing yang mendapatkan perlindungan darinya, persis seperti yang Abraham berikan melalui perteduhan maupun jamuan makan di perkemahannya. Singkatnya, status ketiga tamu tersebut semestinya adalah pihak yang menerima, bukan memberikan bagi Abraham. Namun, kondisi itu justru berubah pada ayat 10, yaitu ketika ketiganya menyampaikan nubuat penggenapan janji TUHAN bagi Abraham dan Sara. Sekarang, mereka tidak lagi berstatus sebagai penerima berkat dari Abraham, melainkan menjadi pemberi berkat. Persoalannya adalah hal itu bisa saja tidak terjadi jikalau Abraham tidak menyambut dan memberikan keramah-tamahannya dalam menerima ketiga orang asing tersebut.
Sahabat Alkitab, perikop ini memang tidak sedang mengajarkan sikap pamrih dalam sebuah keramah-tamahan yang kita berikan kepada orang lain. Namun, perikop ini justru membawa kepada kesadaran bahwa setiap keramah-tamahan yang kita bagikan sesungguh menjadi siklus tak pernah lekang atas berkat TUHAN. Keramah-tamahan yang kita berikan bagi orang lain dapat menjadi berkat untuk mereka dan kehadiran mereka pun dapat menjadi cara TUHAN untuk memenuhi kita dengan berkat-Nya.