Sikap Festus yang plin-plan untuk memberikan keputusan terhadap perselisihan antara pemimpin agama Yahudi dengan Paulus telah memberikan kesulitan yang lebih lanjut untuk dirinya sendiri, khususnya pada saat Paulus mengajukan naik banding ke Kaisar untuk memutuskan perkara tersebut. Dengan kata lain, kehadiran kasus Paulus ke hadapan Kaisar juga dapat menjadi indikator kualitas Festus sebagai pemimpin. Namun, hal ini berarti Festus harus memberikan surat pengantar kepada Kaisar yang berisikan gambaran terperinci mengenai kasus Paulus. Inilah letak persoalan terbesar yang dialami oleh Festus, yakni ia sendiri tidak dapat memberikan pengantar yang berisikan dalil-dalil yang jelas secara hukum Romawi yang menekankan bahwa kasus Paulus adalah sah sebagai perkara dalam sistem peradilan Romawi. Kebingungan yang dialami oleh Festus ini pun muncul akibat tidak adanya penjelasan dan alasan yang logis terhadap kasus Paulus.
Sahabat Alkitab, kasus Paulus memang semakin menunjukkan ketimpangan cara pandang untuk menilai sebuah situasi dan kondisi. Kesulitan untuk memahami sesuatu secara objektif dengan cara pandang yang tidak bias juga semakin membesar akibat ketidakmampuan seseorang memisahkan nilai kebenaran dengan suka-tidak sukanya ia terhadap sesuatu atau orang yang melakukannya, belum lagi kehadiran konflik-konflik kepentingan yang membuatnya semakin sukar mengambil sikap yang tegas. Di dalam teori komunikasi pun terdapat sebuah teori yang menggambarkan kecenderungan ‘bias’ seseorang untuk menilai seseorang. Horn effect merupakan cara pandang yang bias untuk menilai seseorang yang ia anggap buruk atas satu hal tertentu sehingga setiap perkataan maupun tindakan yang sedang atau akan ia lakukan adalah buruk dan salah. Tentu saja hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri yang menyulitkan seorang manusia dalam berelasi. Kondisi ini pun muncul dalam situasi penilaian antara para pemimpin agama Yahudi terhadap Paulus, sehingga Festus kesulitan untuk menilai sebuah perkara yang secara hukum tidaklah sah, namun dipaksa untuk menjadi sebuah masalah.
Sebagai umat TUHAN kita pun dapat semakin kesulitan untuk mewujudkan dan memperjuangkan nilai kebenaran serta keadilan, jika masih dipenuhi oleh kecenderungan horn effect dalam berelasi. Oleh sebab itu, marilah kita mulai menilai segala sesuatu dengan alasan dan tujuan yang jelas agar tidak secara sembarang memberikan sikap.