Ucapan Saul yang tertera pada perikop ini dapat dianggap sebagai sebuah tindakan yang kurang bijak dan tidak strategis untuk dilakukan. Alih-alih menjadikan praktik pantang makan sebagai sebuah bentuk solidaritas di antara orang Israel, Saul justru membuat bangsanya sendiri menjadi lemah dalam menghadapi peperangan. Memang benar bahwa pada akhirnya mereka mampu mendapatkan kemenangan atas orang Filistin, namun sebenarnya hasilnya bisa jauh lebih baik dari itu.
Tindakan Saul itu pun terbukti menjadi ruang ‘celaka’ bagi bangsanya sendiri. Pertama, Yonatan yang tidak mengetahui tindakan sumpah Saul itu pun secara tidak sengaja melanggarnya ketika ia memakan madu hutan. Kedua, orang-orang yang sudah letih berperang tanpa ada tenaga dari makanan itu pun berubah menjadi kalap hingga melanggar tradisi kudus dalam mengkonsumsi hewan. Alhasil, dosa pun hadir di tengah bangsa Israel. Inilah hasil dari tindakan Saul yang secara sembarang dia lakukan tanpa mempertimbangkan beragam kemungkinan yang muncul.
Sahabat Alkitab, berdasarkan permenungan firman Tuhan ini kita pun diajak untuk mencermati perilaku hidup yang kita lakukan dalam keseharian ini. Secara khusus, sebagai makhluk hidup yang berelasi, kita pun perlu bijak dalam bersikap dan menentukan pilihan agar tidak menjadi celah yang menciderai diri sendiri serta orang lain yang ada di sekitar kita. Persoalannya adalah ketidakmampuan dalam mengontrol emosi dan lemahnya kebijaksanaan dalam pertimbangan seringkali menimbulkan celah bagi manusia untuk berperilaku secara sembarangan. Alhasil, beragam penyesalan pun muncul belakangan beserta dengan segala kerugian yang menyertainya. Oleh sebab itu, sebagai umat Tuhan yang hidup dalam pengajaran dan bimbingan Roh Kudus, kita pun diajak untuk selalu membangun kematangan diri dalam perencanaan dan pelaksanaan keputusan hidup dengan kerendahan hati untuk tetap berada dalam kehendak Tuhan.