Kabar sukacita sudah sepatutnya direspons dengan gembira. Namun, pada pengalaman atau keadaan tertentu, respons seseorang akan berbeda karena merasa kabar tersebut tidak relevan dengan kehidupannya. Dari bacaan Alkitab hari ini, berita pembebasan pembuangan dari Babel sudah tentu menjadi kabar gembira yang dinanti-nantikan oleh suatu bangsa yang telah terpecah belah; umat yang telah lama menderita. Akan tetapi, ada kelompok tertentu – Ibu hamil atau kaum penyandang disabilitas fisik – yang merasa ragu bahwa mereka akan turut dalam pemulihan Allah tersebut. Oleh sebab itu, nabi Yeremia menyerukan kembali keperkasaan Allah memulihkan umat-Nya. Umat yang lemah tak berdaya, orang lumpuh dan buta, perempuan-perempuan yang sedang mengandung, semua akan dikumpulkan Allah dan akan membentuk mereka kembali sebagai suatu umat kesayangan Allah. Tidak ada satu kaum pun yang akan dibiarkan-Nya hidup dalam kegamangan. Sukacita akan membuncah dalam diri setiap umat yang mendengarkan kabar pemulihan dari Allah dan bahwa Allah menjamin masa depan mereka. Metafora taman yang diairi dengan baik menjadi tanda jaminan keamanan dan stabilitas pangan demi kelangsungan hidup mereka.
Sahabat Alkitab, berbagai pergumulan hidup dapat merenggut pengharapan kita dan menyirnakan sukacita kita dalam menjalani kehidupan beriman di dalam Allah. Namun, firman Tuhan menegur kita dan hendak membangkitkan iman kita yang mulai goyah tersebut. Sepekat apapun kabut permasalahan hidup yang menghalangi pandangan kita kepada Allah, tidak akan pernah mengubah kenyataan bahwa kasih karunia Allah tetap berlaku konkret bagi kita. Pertolongan-Nya akan selalu kita rasakan tepat pada waktu-Nya. Masa depan kita aman di dalam janji penyertaan-Nya bagi kita. Oleh sebab itu, marilah kita merespons janji Allah tersebut dengan sukacita karena Allah sanggup melakukan perkara yang melebihi apapun yang pernah kita bayangkan.