Imam-imam beserta orang-orang Lewi dari semua wilayah kerajaan Israel Utara pergi ke Yehuda dan Yerusalem untuk bergabung dengan Rehabeam. Tindakan tersebut mereka lakukan karena para imam dan orang Lewi memiliki tugas untuk melayani semua suku Israel. Selain itu, keputusan mereka juga merupakan akibat dari peraturan yang telah dibuat oleh Yerobeam. Ia membangun tempat-tempat pemujaan berhala dan menempatkan imam-imam pilihannya yang mau berkompromi dengan ketidakbenaran tersebut. Yerobeam telah melanggar ketetapan TUHAN dan hal ini bertentangan dengan prinsip iman sebagian besar umat yang setia kepada TUHAN, Allah Israel.
Jika ditelaah lebih jauh keputusan untuk pindah ke Yerusalem merupakan pilihan yang luar biasa. Berpindah ke wilayah Yehuda berarti mereka meninggalkan harta/warisan yang mereka miliki berupa tanah dan padang rumput. Meskipun tahu akan konsekuensi yang berat, banyak dari antara umat Israel yang mengikuti jejak imam-imam dan orang Lewi, untuk berpindah ke Yehuda dan Yerusalem. Mereka tak ragu meninggalkan tempat tinggalnya dan memulai kehidupan di tempat baru, agar dapat mempersembahkan kurban kepada TUHAN. Dengan kata lain mereka yang berpindah tersebut tidak ingin menduakan TUHAN dengan turut serta menyembah berhala.
Pada sisi lain, perpindahan besar-besaran ini memberikan keuntungan bagi Rehabeam dan kerajaan Yehuda. Kehadiran para imam dan umat Israel yang setia pada TUHAN semakin memperkuat kerajaan Yehuda. Mereka mengambil peran masing-masing dan melayani dengan setia. Sehingga untuk beberapa waktu (3 tahun) situasi kerajaan seolah seperti kembali pada masa pemerintahan Daud dan Salomo.
Sahabat Alkitab, kita pasti setuju bahwa memilih setia pada ketetapan dan ajaran TUHAN artinya adalah menghidupi prinsip meskipun dalam pilihan tersebut terkandung resiko yang berat. Seperti pilihan yang diambil oleh para imam, suku lewi, dan beberapa suku Israel lainnya untuk meninggalkan tempat tinggal beserta segala kepemilikan di daerah asalnya. Kini mereka harus beradaptasi dan kembali membangun “karir” di tempat pilihannya. Ketidaknyamanan akibat perubahan tersebut tidak menjadi soal, selama mereka dapat bertumbuh dengan komunitas yang memiliki kesamaan iman, yaitu iman kepada TUHAN, Allah Israel. Dapatkah kita seperti mereka? Kadangkala demi alasan-alasan lahiriah, kita rela menanggalkan prinsip kita. Kebenaran kita gadaikan asalkan dapat hidup dengan baik dan nyaman. Sesungguhnya hidup adalah soal menentukan prioritas, yakni kedekatan serta ketertundukan pada Allah semata. IA adalah sumber penyertaan dan perlindungan kita.