Mempercayai keberadaan Tuhan atau beragama seharusnya membuat seseorang menjalani kehidupan dengan lebih baik. Hidup berpadanan pada ketetapan serta firman-Nya membuahkan kebaikan-kebaikan bagi diri sendiri dan lingkungan di sekitar kita. Namun dalam kenyataannya kita melihat orang-orang yang hidupnya jauh dari ketetapan Tuhan meskipun ia mengaku sebagai orang yang mempercayai Tuhan. Justru orang-orang inilah yang seolah-olah mendeklarasikan bahwa “tidak ada Allah” dengan menjalani hidup semau mereka saja.
Inilah yang juga disoroti oleh pemazmur dalam bentuk pengajaran kepada umat sebagaimana tercantum di Mazmur 53. Orang-orang di bumi justru hidup dalam kejahatan, mereka merasa nyaman untuk melakukan kebusukan dan kecurangan. Setiap orang hanya mementingkan dirinya sendiri. Manipulasi, korupsi, memfitnah, dan tindakan keji lainnya yang menyengsarakan sesama makin marak terjadi. Firman Tuhan menyebut orang-orang yang suka melakukan kejahatan itu sebagai orang-orang yang hidup tanpa kesadaran (ay. 5). Sungguh ironis mereka tidak menyadari adanya akhir kehidupan menyedihkan, yang sudah menanti mereka di depan!
Namun “kekacauan” yang diperbuat oleh umat manusia tersebut bukanlah akhir dari segalanya. Allah akan hadir dan memulihkan segala sesuatu, mendatangkan keselamatan bagi mereka yang berpegang teguh kepada-Nya. Pemazmur mengajak orang-orang benar untuk senantiasa berharap kepadanya, pada ayat 7 ditegaskan bahwa Allah akan bertindak dan memulihkan keadaan umat-Nya.
Sahabat Alkitab, kiranya melalui firman Tuhan pada hari ini kita diingatkan untuk mewujudkan pengakuan kita akan keberadaan-Nya melalui pikiran, kata-kata, serta tindakan kita setiap hari. Sudah saatnya orang-orang beragama memberi dampak positif lebih banyak lagi bagi dunia. Kiranya Tuhan menganugerahkan rahmat-Nya agar kita senantiasa hidup seturut firman-Nya. Terutama menguatkan kita dalam menghadapi ragam penggodaan yang terjadi.