Salah satu kecenderungan kita sebagai manusia adalah jatuh ke dalam dosa karena mengeraskan hati kita. Seringkali saat kita berbuat salah, Allah telah menyampaikan teguranNya dengan berbagai cara, tetapi kitalah yang membuat pembenaran-pembenaran atas dosa yang kita perbuat.
Penulis surat Ibrani mengingatkan umat agar tidak mengeraskan hati terhadap firman Tuhan, supaya mereka tetap mendapatkan janji Tuhan. Ia mengulang ingatan masa lalu, tentang nenek moyang bangsa Israel yang dipimpin oleh Musa untuk keluar dari tanah perbudakan, tetapi gagal memasuki tanah perjanjian dengan segera karena tidak taat dan berdosa terhadap Allah (16-18). Peringatan tentang dampak dari ketidaktaatan dan keberdosaan ini disampaikan secara serius, tidak hanya itu, penulis Ibrani juga menekankan pentingnya mendengar dan melakukan Firman Tuhan sesegera mungkin. Kata "hari ini" digunakan untuk menekankan urgensi tersebut, Roh Kudus lah yang memanggil mereka untuk bertindak sekarang juga, tanpa penundaan sedikitpun. Peringatan ini disampaikan karena adanya kekuatiran jika umat Kristen yang berlatar belakang Yahudi tergoda untuk kembali ke ajaran mereka yang lama karena beratnya beban menjadi pengikut Kristus. Jika mereka sampai melakukannya, itu berarti mereka tergelincir keluar dari jalan yang benar dan dengan demikian mereka tidak lagi menjadi bagian dari rumah Kristus (ayat 6).
Penulis surat Ibrani ingin memberikan pembinaan iman kepada ‘saudara-saudaranya’, dengan mengingatkan mereka pada hukuman yang dialami oleh umat di masa lalu, saat mengembara di padang gurun. Pembinaan iman dengan cara mengingatkan kembali kejadian di masa lalu, merupakan sebuah tradisi yang lazim pada masa itu. Rasul Paulus pun melakukan cara pedagogi yang sama. Selain itu penulis Ibrani juga mengutip Mazmur 95:7-11, ia mengutip kalimat “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya”, frasa ‘hari ini’ mengacu pada hari ketika Mazmur tersebut didoakan atau dinyanyikan dalam ibadah. Memang salah satu tujuan ibadah Israel adalah mengaktualkan peristiwa-peristiwa masa lampau dan menarik amanatnya bagi masa kini. Pada hari itu bangsa Israel harus mendengarkan suara Tuhan. Dalam pengertian Alkitabiah, kata ‘mendengarkan. seringkali memiliki arti sebagai ‘menaati’ atau ‘mengikuti’ apa yang dikatakan orang lain. Dengan demikian pesan yang hendak disampaikan oleh penulis Ibrani adalah, bahwa nasihat yang diberikan oleh pemazmur kepada pendengarnya di masa lalu, masih sangat relevan bagi umat Kristen-Yahudi yang hidup di zaman surat Ibrani ini ditulis.
Selain mengingatkan umat agar tidak mengeraskan hati saat mendengarkan Firman Tuhan, penulis juga mengajak umat untuk saling mengingatkan saudaranya, sebagai bagian dari mendukung pertumbuhan iman dalam komunitas. Kita dipanggil untuk saling menguatkan setiap saat, agar tidak ada di antara kita yang menjadi keras hati oleh tipu daya dosa. Kehidupan Kristen bukanlah perjalanan individual, tetapi perjalanan komunitas yang saling mengingatkan dan mendorong untuk tetap setia kepada Allah.
Sahabat Alkitab, sebagaimana umat Israel yang gagal karena ketidak percayaannya kepada Tuhan, kita pun bisa gagal jika tidak bertekun dalam iman kepada Yesus. Sadarilah bahaya dari mengeraskan hati dan tipu muslihat dosa. Tuhan terus memanggil kita "hari ini" untuk berbalik kepada-Nya, mendengarkan suara-Nya, dan hidup dalam ketaatan. Selain itu ciptakanlah komunitas iman yang suportif dan sehat, agar saat kita lemah iman dan berada di ujung pencobaan, ada persekutuan yang menjadi sarana bagi kita untuk mendapatkan peneguhan kembali.