Hidup yang kita jalani merupakan rangkaian dari pilihan-pilihan yang datang setiap saat. Mulai dari pilihan sederhana seperti menu makan pagi ini, sampai kepada hal-hal yang kompleks serta membutuhkan pertimbangan yang matang. Maka dari itu diperlukan keteguhan hati dalam mengambil sebuah pilihan dan menghidupi pilihan tersebut yang kita pandang sebagai sesuatu yang benar. Nasehat ini lah yang senantiasa ditegaskan oleh penulis surat Ibrani kepada umat.
Nasehatnya disampaikan dengan menunjukkan keunggulan imamat Melkisedek atas Harun. Dengan demikian Yesus yang menjadi Imam Besar menurut aturan Melkisedek lebih unggul dibandingkan imamat Harun dan keturunannya. Penulis mengawali uraiannya dengan mengisahkan secara singkat tentang kisah Melkisedek, Raja Salem, dan imam Allah Yang Maha Tinggi, yang menyongsong dan memberkati Abraham ketika ia kembali dari peperangan mengalahkan Raja Kedorlaomer dan para raja sekutunya (Kejadian 14: 18-20). Sebagai ungkapan syukur dan hormat, Abraham memberikan sepersepuluh dari hartanya (ayat 4). Tindakan Abraham ini menyiratkan bahwa Melkisedek, selaku penerima persembahan, memiliki martabat yang lebih tinggi, lebih agung dari Abraham yang menerima janji berkat Allah. Guna mempertegas posisi Melkisedek, penulis mengungkapkan dalam ayat 7 bahwa “Memang tidak dapat disangkal bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.”
Dalam tradisi Yahudi, Melkisedek dipahami sebagai figur yang memiliki kedudukan istimewa, sebagaimana digambarkan melalui namanya yang merupakan kombinasi dua kata Ibrani, yaitu melek (raja) dan zedeq (kebenaran, keadilan). Melkisedek berarti raja kebenaran atau raja yang benar (ayat 2), sama seperti Yesus Kristus yang sudah dimaklumkan sebagai raja yang mencintai kebenaran dan keadilan (1:9). Melkisedek juga disebut sebagai raja Salem, kata ‘salem’ berasal dari kata Ibrani ‘syalom’ yang berarti damai sejahtera. Ini artinya bahwa selain raja kebenaran/keadilan, Melkisedek juga adalah raja damai sejahtera. Kebenaran/keadilan dan damai sejahtera adalah dua anugerah besar yang dibawa oleh Mesias (Mazmur 45:8, Yesaya 9: 5-6). Dengan demikian, Melkisedek bukan hanya melambangkan keunggulan Imamat Yesus Kristus tapi juga Kemesiasan-Nya.
Satu hal lagi yang istimewa dari Melkisedek adalah tentang keabadiannya. Pada 6: 20 Yesus Kristus ditampilkan sebagai Imam Besar dengan dua ciri, yaitu ‘menurut aturan Melkisedek’ dan ‘sampai selama-lamanya’ (5:6,10). Pada ayat 3 disampaikan bahwa Melkisedek tidak memiliki silsilah keluarga, situasi ini jika dilihat dalam perspektif Yunani menunjukkan kehinaan seseorang. Namun ungkapan yang sama (tidak bersilsilah) juga biasa digunakan untuk mengungkapkan keabadian para dewa. Dalam hal ini jelas bahwa makna yang kedua lebih tepat untuk dikenakan pada Melkisedek. Selain itu, dalam Mazmur 110, Melkisedek disebutkan secara singkat dalam konteks penobatan raja-raja Israel, dalam uraiannya tersirat bahwa ia memiliki kedudukan yang sejajar dengan ‘tuanku’ (Mazmur 110:1).
Sahabat Alkitab, penulis surat Ibrani menuliskan pesan ini dalam konteks memberikan penjelasan kepada umat kristen berlatar belakang Yahudi, yang menjadi sasaran surat tersebut. Harapannya umat semakin yakin atas pilihan dan keputusan iman mereka untuk menerima Yesus, sekalipun mereka masih harus berhadapan langsung dan berinteraksi dengan orang-orang Yahudi, yang saat itu sangat memusuhi mereka. Umat yang baru mengenal Kristus ini membutuhkan jawaban, agar bisa menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh saudaranya. Dengan menggambarkan Yesus menurut aturan keimaman Melkisedek, surat ini hendak menunjukkan bahwa Yesus memiliki kedudukan sebagai imam yang tidak bisa ditandingi oleh sistem keimaman Yahudi pada masa itu.
Mungkin kita pernah meragu dengan iman yang tengah kita pegang. Apalagi dalam era media sosial saat ini, saat semua orang bebas mengemukakan pandangannya termasuk pandangan yang bertentangan dengan iman kita. Namun satu hal yang dapat selalu kita yakini adalah kebenaran yang kita anut akan selalu bertahan di sepanjang segala zaman. Peganglah teguh iman kepada Kristus, meskipun banyak tantangan serta hambatan merintangi kehidupan kita.