Pengalaman turbulensi ketika naik pesawat atau melintasi badai hebat di lautan, seringkali menjadi pengalaman traumatis pada banyak orang. Perasaan tidak nyaman dalam situasi tersebut seolah mensimulasikan situasi perbatasan antara hidup dan mati. Sementara itu situasi kritis tersebut hanya dapat dilalui jika seseorang memiliki keteguhan hati.
Sebagai jemaat yang terhimpit oleh berbagai tekanan, penerima surat Ibrani seringkali berhadapan dengan titik kritis dalam perjalanan keimanan mereka. Pencobaan tersebut sering menggoyahkan pengharapan mereka kepada Tuhan. Hal ini nampak dalam Ibrani 3: 6, “jika kita sampai kepada akhirnya berpegang teguh pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.”. Penulis surat Ibrani mengundang umat untuk terus merindukan pemenuhan dari pengharapan mereka supaya tidak lamban dalam mengejar apa yang dijanjikan Allah (ayat 12). Abraham dimunculkan sebagai teladan kehidupan beriman dan keberadaan Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya asalkan manusia tetap setia dan menaruh pengharapan kepada-Nya.
Barangsiapa kehilangan pengharapannya akan kehilangan pegangan dalam mengarungi kehidupan. Sebagaimana yang dituliskan dalam Ibrani 6: 19, “Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir”. Jiwa manusia dibandingkan dengan perahu yang membutuhkan sauh yang kuat dan aman agar tidak diombang-ambingkan dan dibawa oleh ombak menjauh dari tujuan. Sebagaimana sauh dilemparkan ke dasar laut dan menjadi pegangan kokoh bagi perahu, begitu juga pengharapan masuk ke belakang ‘tabir’. Kata ‘tabir’ mengacu pada tabir Bait Allah di Yerusalem, yang memisahkan antara Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengharapan orang kristen dilempar masuk (dilabuhkan) ke dalam tempat Mahakudus yang sejati, melalui Imam Besar Agung, Yesus Kristus.
Sahabat Alkitab, kehidupan seringkali tidak mudah. Ada banyak persoalan yang datang silih berganti. Namun sebagai orang percaya kita diundang untuk tidak menyerah atas segala persoalan tersebut. Tetaplah membangun pengharapan yang kuat karena didasarkan keyakinan iman kita pada Kristus yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Mengikut Tuhan memang tidak meniadakan penderitaan, tetapi menghadirkan kekuatan dalam mengarungi penderitaan yang terjadi dalam hidup kita.