Bahaya Kefasikan

Renungan Harian | 18 April 2025

Bahaya Kefasikan

Bayangkan sebuah kota yang dulu megah, dipenuhi dengan kemewahan dan kejayaan. Bangunannya menjulang, lorong-lorongnya dipenuhi tawa, dan penghuninya hidup dalam kebanggaan. Namun, seiring waktu, keserakahan dan ketidakadilan merajalela. Para pemimpin dan orang-orang kuat menindas yang lemah, kekayaan dikumpulkan dengan tipu daya, dan kebenaran dibungkam oleh suara kebohongan. Hingga akhirnya, bencana datang, bukan dari luar, tetapi dari dalam. Kota itu runtuh, bukan oleh musuh, melainkan oleh dosa yang dibangunnya sendiri. Kini, ia hanyalah reruntuhan, kota hantu yang ditinggalkan penghuninya.


Dalam Ayub 15:26-35, Elifas memberikan gambaran tentang nasib orang fasik. Ia berbicara tentang seorang yang menantang Allah dengan kesombongan, menutup dirinya dengan lemak sebagai tanda kemakmuran, tetapi akhirnya tinggal dalam kehancuran. Ia mungkin tampak berhasil, tetapi kejayaannya adalah fatamorgana, kebahagiaan semu yang pada akhirnya membawa kehancuran. Orang fasik sering kali tampak makmur. Kekayaannya bertambah, pengaruhnya meluas, dan ia terlihat seperti tidak terkalahkan. Namun, semua itu tidak akan bertahan. Seperti kota yang ditinggalkan, rumahnya akan menjadi reruntuhan. Apa yang ia bangun dengan tipu daya tidak akan berdiri kokoh. 


Seperti seorang wanita yang mengandung dan akhirnya melahirkan, demikian pula kejahatan. Ia mengandung kesengsaraan dan melahirkan kebinasaan. Kejahatan tidak memerlukan penghakiman dari luar, ia akan hancur oleh dirinya sendiri. Seperti kota yang runtuh karena korupsinya sendiri, orang fasik akan jatuh bukan karena musuh, tetapi karena dosa yang ia pelihara. Dalam imajinasinya akan penguasa yang fasik itulah, Elifas tengah menasehati Ayub agar tidak terjatuh pada kefasikan dan segera berbalik kepada Allah.


Sahabat Alkitab, dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat bagaimana orang-orang yang mengandalkan kekayaan, kuasa, dan kelicikan tampaknya berhasil. Namun, firman Tuhan mengingatkan bahwa semua itu tidak akan bertahan. Korupsi, ketidakadilan, dan kesombongan adalah pondasi yang rapuh. Jika hidup kita didasarkan pada kesia-siaan, kita akan mengalami kehancuran. Kota yang hilang dalam ilustrasi kita tadi bukan hanya kisah masa lalu. Ia adalah gambaran dari hidup yang dibangun di atas kesia-siaan. Jangan sampai kita menjadi bagian dari mereka yang mengandung bencana dan melahirkan kejahatan. Sebaliknya, marilah kita mencari Tuhan, hidup dalam kebenaran, dan membangun sesuatu yang akan bertahan dalam kekekalan.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia