Manusia adalah makhluk yang begitu rapuh. Sayangnya seringkali kita menolak untuk mengakui kerapuhan tersebut bahkan memilih untuk menutupinya dengan kesombongan kita. Muncullah dosa-dosa lain yang mengiringi kepongahan kita. Kita merasa lebih benar dari orang-orang lain, bahkan terciptalah ilusi bahwa tiada salah dan dosa yang kita lakukan. Hingga akhirnya interfensi ilahi datang dan mengingatkan kita akan segala konsekuensi dari tindakan yang telah diperbuat.
Demikianlah Zofar, sahabat Ayub, meyakini penghukuman Allah akan datang kepada orang-orang fasik. Itulah yang coba disampaikannya kepada Ayub untuk merespons pernyataan Ayub atas ketidakbersalahannya. Sepanjang pasal 20 kita bisa melihat rentetan peristiwa yang diyakini Zofar akan menimpa orang-orang fasik. Ia menyimpulkan segala peristiwa tersebut berdasarkan berbagai pengajaran atas dosa dan konsekuensinya yang memang marak pada masa itu. Lantas pengajaran itu diterimanya sebagai suatu kebenaran yang berlaku secara universal dan tidak dapat diganggu gugat.
Dalam perikop yang kita baca saat ini Zofar menggaris bawahi kepongahan orang Fasik yang merasa dirinya melampaui segala sesuatu dan pasti terhindar dari nasib buruk. Nyatanya orang-orang tersebut justru akan terhapus dari catatan sejarah. Keturunannya akan bernasib buruk, menjadi yang paling menderita di tengah-tengah golongan mereka yang menderita (ay. 10). Jika sebelumnya orang fasik menjalani hidup dalam ketidakjujuran dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan, kini mereka harus menanggung konsekuensi atas pola pikir tersebut. Orang fasik tertipu. Mereka mengambil tindakan jahat bagaikan suatu manisan ke dalam mulut, menaruhnya di bawah lidah, dan menikmatinya selama mungkin (ay. 12-14). Namun “manisan” itu berubah menjadi racun, bagaikan menelan bisa ular.
Zofar begitu lantang membicarakan nasib orang fasik di hadapan Ayub yang menurutnya semakin mendekat kepada kefasikan dan kefanaan duniawi. Bahkan seruan Zofar ini diinisiasi oleh pernyataan-pernyataan yang disampaikan Ayub. Disinilah letak kesalahan Zofar. Ia mengira tengah melakukan kebenaran dengan memperingati temannya atas konsekuensi orang fasik, tanpa mencerna jawaban dari Ayub. Pada akhirnya tuduhannya kepada Ayub tidak terbukti karena memang Ayub adalah orang benar di hadapan Allah, seperti yang selama ini coba ia sampaikan kepada sahabat-sahabatnya. Derita bisa saja menimpa orang benar dan bukan hukuman atas apa yang telah diperbuat. Sungguh ironis bahwa Zofar yang mencoba memperingatkan orang lain tentang kefasikan justru berubah menjadi sosok pongah yang semakin merengkuh kefasikan.
Maka tetaplah menjadi pribadi yang berhikmat dan tidak mudah untuk menghakimi orang lain. Jangan jatuh kepada kepongahan yang merasa diri selalu benar dan tidak mungkin salah. Saat kita berpikir demikian, sesungguhnya kita telah berubah menjadi golongan orang fasik. Dalam dunia dimana kebenaran menjadi sesuatu yang bergantung pada khalayak ramai, rasanya lebih mudah membuat kita jatuh kepada ketidakbenaran dan penghakiman atas sesama.