Pengalaman dijauhi, disindir, dan dijauhi oleh orang lain mungkin adalah salah satu pengalaman tidak mengenakkan yang sering kali dialami oleh orang-orang. TIndakan-tindakan tersebut menggambarkan proses mengasingkan seseorang dan menganggapnya sebagai yang berbeda. Ketidaknyamanan tersebut mengundang seseorang untuk merespons dengan tepat seturut dengan hikmat-Nya. Pengalaman itu rupanya juga dirasakan oleh Ayub.
Berbeda dengan pasal 29 yang berisi gambaran-gambaran baik yang terjadi di kehidupan Ayub masa lampau, kini Ayub harus mengalami penderitaan yang teramat berat. Ia mengeluh dalam deritanya. Pokok derita Ayub adalah sindiran atau ejekan orang-orang yang berada di sekitarnya. Jika sebelumnya Ayub mengingat perannya bagi kesejahteraan banyak orang, saat ini orang-orang itu digambarkan mengejek dan mengintimidasi Ayub. Ayat 11 menyebutkan, Karena tali busurku telah dilepaskan dan aku direndahkan-Nya.” Sebuah ungkapan untuk menegaskan bahwa Ayub merasa bahwa ia telah dilemahkan Allah, sehingga orang-orang tidak mengekang diri terhadapnya; mereka menyakiti Ayub semau-maunya karena tidak ada lagi larangan yang disertai hukuman.
Penggambaran akan aniaya dan penindasan Ayub dilanjutkan pada ayat 12-14, kini apa yang dialaminya dibandingkan dengan keadaan suatu kota yang diserang dan akhirnya direbut oleh musuh. “Disebelah kananku muncul gerombolan,” merujuk pada suatu gerombolan yang berbahaya. Mereka berusaha menjatuhkan Ayub. Segalanya hilang secara serentak. Tidak dirasakannya Allah yang menyatakan segala kebaikan, serta dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Ayub merasa begitu gundah. Ia mengekspresikan kegundahannya dalam kalimat yang begitu menyayat hati, sebab itu jiwaku hancur dalam diriku; hari-hari kesengsaraan mencekam aku.” Seruan minta tolong telah dipanjatkannya, tetapi Tuhan seperti tidak menjawab. Namun Ayub terus menanti pertolongan itu meskipun ada kalanya ia merasa bahwa seruan itu tidak dihiraukan Allah.
Kehidupan adalah sebuah misteri yang terkadang hanya menuntun satu hal dari kita yakni keberanian untuk menjalaninya. Hidup menjadi begitu berat, sebagaimana yang dijabarkan Ayub. Kejayaan masa lampau bisa hilang dalam sekejap. Mereka yang memberikan dukungan akan berubah menjadi para penuntut dan penyiksa. Ayub punya sahabat yang dahulu mendukungnya, tetapi saat deritanya datang mereka berubah menghakiminya. Maka dalam segala kesulitan kehidupan tersebut kita hanya bisa berjalan dalam keyakinan akan pertolongan dan penyertaan Allah. Meskipun terkadang seruan itu serasa diacuhkan-Nya. Namun tetap berjalan dalam keyakinan itu. Tuhan tidak pernah sekalipun meninggalkan kita.