Pernahkah Anda berada dalam tepi jurang keputusasaan? Saat harapan terasa begitu jauh dan situasi seolah-olah menghimpit untuk menyerah, terbersit tanya yang begitu jelas yakni kapan atau akankah situasi itu berakhir. Pertanyaan itu adalah tanda kejujuran hati yang terdalam karena yang seringkali terjadi adalah orang-orang menolak untuk jujur terhadap situasi yang dialami. Merasa masih kuat padahal jeritan minta tolong tidak lagi tertahankan. Sebagai orang beriman, kejujuran tersebut hendaknya ditujukan kepada Allah yang menciptakan dan memelihara kehidupan kita.
Pada bacaan kita kali ini dilukiskan mengenai keadaan manusia yang menghadapi kesusahan atau bahaya yang telah dekat. Bahasa yang dipakai oleh pemazmur untuk mengekspreksikan situasi tersebut sangatlah kuat dan tajam. Ia menggunakan lembu jantan, banteng-banteng Basan, singa, dan anjing-anjing sebagai metafora atas deritanya. Sebetulnya hal apakah yang membuatnya begitu menderita? Apakah ia tengah melukiskan sebuah penderitaan batin, penyakit, atau serangan dari orang lain? Mungkin saja seruan pemazmur pada perikop ini adalah representasi dari semuanya. Beragam kemungkinan derita yang memang dialami oleh manusia.
Pemazmur merasa begitu tidak berdaya sehingga merasa akan menjadi mangsa yang tidak berdaya bagi lawan-lawanya yang mengejar dia seperti lembu dan banteng-banteng dari Basan yang kuat serta besar. Mereka akan memperlakukan dia seperti singa memperlakukan mangsanya. Melihat itu semua, pemazmur menjadi begitu takut sehingga ia kehilangan segala tenaga dan daya hidup sama sekali. Namun menariknya dalam syair yang diungkapkan, ia tetap menyatakan bahwa dalam penderitaan batin serta fisiknya tersebut tangan Tuhan tetap bekerja memeliharanya.
Firman Tuhan pada hari ini mengajarkan kita untuk jujur serta mengingat kembali kenyataan bahwa pada dasarnya semua orang pernah mengalami pergumulan serta derita dalam hidupnya. Kita perlu jujur terhadap apa yang kita alami tanpa harus terbeban untuk bersikap kuat terus-terusan. Justru dalam kejujuran akan kerapuhan diri sendiri tersebut kita dimampukan untuk melihat tangan kuat-Nya yang menopang serta memapah kita.