Ketika Kebaikan Dibalas Luka

Renungan Harian | 3 Agu 2025

Ketika Kebaikan Dibalas Luka

Pernahkah Anda mengasihi seseorang seperti keluarga sendiri, tapi justru dikhianati? Atau pernahkah Anda mendoakan orang yang sedang jatuh, lalu ketika Anda terjatuh, mereka justru bersorak menertawakan? Rasa sakit seperti ini bukan hanya menyayat perasaan, tapi juga mengguncang keyakinan kita. Mengapa kebaikan yang telah kita lakukan dibalas dengan luka? Mazmur 35 membawa kita masuk ke dalam perasaan pemazmur yang sedang menghadapi ketidakadilan semacam ini, di mana doa dan kasih yang tulus malah berbalas pengkhianatan.


Mazmur ini dimulai dengan seruan, “berperanglah melawan orang yang memerangi aku!” (ayat 1). Gambaran yang digunakan menampilkan suasana peperangan. Kata-kata seperti, perisai, lembing, dan bala tentara surgawi semakin mempertegas nuansa tersebut. Hal ini bukan semata karena pemazmur suka kekerasan, melainkan karena hidupnya terasa seperti di medan perang. Menariknya, musuh yang dimaksud bukan bangsa asing, melainkan orang-orang yang dulu dekat, bahkan seperti keluarga. Mereka bukan sekadar lawan, tapi pengkhianat. Permohonannya bukan semata-mata agar musuh dibinasakan, tetapi agar Tuhan bertindak sebagai pembela bagi orang yang tertindas secara tidak adil. Ia memohon bukan untuk balas dendam, melainkan pemulihan.


Dalam ayat 7, pemazmur menegaskan bahwa serangan ini tidak beralasan, “tanpa alasan mereka memasang jaring terhadap aku.” Ini bukan sekadar konflik, melainkan penderitaan akibat fitnah dan perilaku sewenang-wenang. Tapi di tengah itu, muncul satu kekuatan yaitu harapan pada keadilan Tuhan. Ia percaya, Tuhan menyelamatkan “orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat.” Secara psikologis, ini adalah bentuk mekanisme resiliensi, seseorang tetap bisa bertahan karena memiliki keyakinan pada satu kekuatan yang adil dan lebih besar dari luka yang ia alami.


Bagian paling menyayat terletak di ayat 11–14. Pemazmur membuka kenangan saat ia pernah mendoakan dan berpuasa bagi orang-orang ini ketika mereka sakit. Ia tidak hanya mengasihi mereka, ia berduka seperti kehilangan saudara kandung. Tapi balasannya? Mereka membalas aku dengan kejahatan. Di sinilah kita dihadapkan pada ironi paling kelam dalam relasi manusia. Pemazmur mengingatkan kita agar tidak berhenti pada luka, melainkan mengajak kita melihat bahwa Tuhan adalah pembela bagi mereka yang tetap memilih jalan kasih di tengah pengkhianatan. Kemenangan dalam iman bukan ketika kita membalas, tetapi ketika kita tetap mempercayakan luka kita pada Tuhan dan tidak menjadi seperti mereka yang menyakiti. Sebab, kasih yang tulus tidak pernah sia-sia.



Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia