Kehidupan yang kita jalani seringkali menjadi sebuah tantangan yang tidak kunjung usai. Dalam tantangan itulah kita harus mengingat kembali dari manakah datangnya sumber kekuatan kita. Sebagai orang percaya, kekuatan itu datang dari Allah yang menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya dari dahulu hingga sekarang. Itulah esensi keberadaan Allah yang terus dipersaksikan oleh berbagai orang beriman di sepanjang zaman.
Pada pasal 48, pemazmur menggambarkan Allah dalam tempat kediaman-Nya. Gunung dan kota yang dikuduskan telah lama dipakai di dunia timur tengah kuno sebagai tempat Allah berdiam, berkuasa, serta memerintah semesta. Kali ini yang digambarkan sebagai tempat kediaman-Nya adalah Sion. Kemuliaan, keselamatan, dan kegirangan menyelimuti Sion. Segala atribut itu dapat muncul karena Allah sendirilah yang sungguh berdiam di Sion. Allah adalah benteng atau penjaga kota itu. Kejayaan melingkupi kota itu bukan karena tempat itu pada dirinya sendiri, melainkan karena Allah ada disana.
Hakikat pujian-pujian pemazmur di pasal 48 pada akhirnya mempersaksikan tentang kemuliaan, keselamatan, serta kejayaan yang datang di dalam Tuhan. Jadi tokoh utama dalam puja-puji sang pemazmur bukanlah kota itu melainkan Allah yang ada di balik segala kemuliaan yang hadir di situ. Syair ini pada akhirnya hendak “memamerkan” dan mengingat kasih setia Tuhan yang begitu luar biasa. Dengan demikian orang-orang di sepanjang zaman menjadi paham bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin umat manusia untuk selama-lamanya.
Sahabat Alkitab, marilah kita memanjatkan puji-pujian kepada Allah atas kebaikan serta kasih setia-Nya. Apapun yang terjadi hendaklah kita bersyukur serta memuji-Nya, itulah yang menjadi sumber kekuatan kita di tengah segala pergumulan yang terjadi. Hayatilah kasih-Nya senantiasa, maka kita akan melihat betapa baiknya Tuhan kepada kita.