Pernahkah kita merenungkan kebesaran Allah dengan melihat alam semesta ciptaan-Nya? Alam semesta yang begitu luas ini berjalan dalam hukumnya dan keteraturan yang mencengangkan. Sebagai umat Tuhan, kita memahami bahwa hal tersebut terjadi bukan karena sebuah kebetulan melainkan ada intervensi ilahi di dalamnya. Ia yang menciptakan dan memelihara seluruh semesta. Tidaklah mengherankan jika kemudian kita melihat, sang pemazmur mengajak umat untuk menghayati keberadaan Tuhan sebagai Sang Raja semesta Alam.
Pemazmur memulai syairnya pada pasal 47 dengan mengajak segala bangsa untuk mengelu-elukan Allah dengan sorak-sorai. Mereka yang menyembah Allah akan memperoleh kemenangan. Bangsa Israel menjadi berdaya di atas bangsa-bangsa karena penyertaan Allah semata. Ia adalah Raja segala raja yang mengatasi seluruh semesta dan bangsa-bangsa di bumi. Sebagai Tuhan dan Raja, Allah patut dimuliakan dan ditinggikan sebagai Ia Maha Tinggi, Tuhan yang dahsyat, Raja yang Besar dan melingkupi seluruh bumi.
Maka dari itu sudah tersedia lebih dari cukup, alasan untuk menyembah-Nya. Pemazmur mengajak seluruh bangsa-bangsa untuk menyembah Allah. Pemerintahan Allah mengatasi segala kekuasaan yang ada di bumi. Ia bersemayam di takhta-Nya yang kudus. Dengan demikian setiap manusia sudah sepantasnya datang ke hadapan Tuhan dengan penuh kerendahan hati.
Sahabat Alkitab, marilah kita menyembah Allah dengan seluruh keberadaan kita. Ia adalah Sang Raja atas semesta. Maka kepada Tuhan saja kita menundukkan diri. Ketertundukan kepada Sang Raja tersebut kita wujudkan dalam ibadah dan juga tingkah laku kita sehari-hari. Dosa seringkali timbul dari kesombongan hati yang merasa diri sebagai pusat segalanya. Maka dengan mengakui bahwa hanya Allah yang berkuasa dan memiliki segala sesuatu, sesungguhnya kita belajar untuk selalu mengandalkan Dia dalam hidup kita.