Ratapan sebagai Bahasa Iman

Renungan Harian | 4 Okt 2025

Ratapan sebagai Bahasa Iman

Di tengah hiruk-pikuk zaman ini, kita terbiasa menampilkan sisi terbaik diri di media sosial: senyum, prestasi, pencapaian. Namun, di balik layar, tak jarang hati kita dilanda sepi, cemas, bahkan hancur. Sayangnya, budaya modern sering menilai air mata sebagai kelemahan. Ratapan dianggap tidak produktif, bahkan memalukan. Mazmur 77 justru menyingkapkan sisi lain, bahwa ratapan adalah ruang paling jujur dari iman. Ketika kata-kata syukur terasa jauh, ketika doa berubah menjadi keluhan dan pertanyaan, di situlah iman bernafas dalam bentuk lain. Ratapan bukan tanda rapuhnya iman, melainkan bahasa iman yang berani menyingkap luka terdalam di hadapan Allah.


Mazmur 77:1–11 memperlihatkan dinamika batin seorang pemazmur yang berada di persimpangan antara iman dan keputusasaan. Mazmur ini lahir dalam konteks penderitaan umat, entah karena krisis nasional atau trauma eksil. Ratapan mereka bukan sekadar curhat personal, melainkan cermin luka kolektif bangsa yang merasa Allah bersembunyi. Bahkan, persoalan utama bukan musuh eksternal, melainkan Allah sendiri yang seolah meninggalkan umat-Nya. Sehingga pada akhirnya ratapan menjadi wujud keberanian umat untuk menjaga relasi, bukan memutusnya. Dengan bertanya, “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan sama sekali tidak bermurah hati lagi?” (ayat 8), pemazmur justru menegaskan bahwa relasi itu masih hidup.


Secara psikologis, ratapan dapat dipahami sebagai ruang batin untuk mengolah trauma, kecemasan, dan rasa kehilangan. Sebab penderitaan yang tidak dimaknai hanya akan melahirkan keputusasaan. Mazmur 77 memperlihatkan proses pencarian makna itu: berangkat dari rasa ditinggalkan, lalu beralih pada ingatan akan karya Allah di masa lampau. Ingatan ini bukan sekadar kenangan nostalgis, melainkan sumber pemulihan rohani, memori iman yang menuntun langkah ketika masa kini terasa gelap.


Sahabat Alkitab, ratapan mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang rapuh sekaligus religius, kita berani mengeluh karena kita percaya ada Dia yang mendengar. Ratapan mengajarkan keberanian untuk jujur, baik di hadapan Allah maupun sesama, sehingga kita tidak terjebak dalam budaya kepura-puraan. Dengan demikian, ratapan menjadi jalan menuju pemulihan, ia menolong kita untuk menata kembali batin, membuka ruang pengharapan, serta meneguhkan keyakinan bahwa kasih dan keadilan Allah tetap bekerja di tengah gelapnya hidup.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia