Dari Ratapan Menjadi Pujian

Renungan Harian | 5 Okt 2025

Dari Ratapan Menjadi Pujian

Kehidupan manusia tidak pernah luput dari penderitaan dan kegelisahan batin. Dalam dunia modern, kita sering disuguhi paradoks: di tengah kemajuan teknologi dan komunikasi, banyak orang justru merasa kesepian, cemas, bahkan terasing dari dirinya sendiri. Di ruang-ruang sunyi, orang berhadapan dengan pertanyaan eksistensial, “Di manakah Allah ketika doa terasa hampa?” Mazmur 77 menangkap realitas ini dengan jujur. Pemazmur berani mengekspresikan ratapan, bahkan kecurigaan bahwa Allah telah berpaling. Namun menariknya, ratapan itu tidak berhenti pada keputusasaan. Ada transformasi yang terjadi: dari bahasa keluhan menuju nyanyian pujian.


Mazmur ini menampilkan dinamika batin yang dramatis. Ayat 1–11 penuh dengan ratapan dan keluhan, sementara ayat 12–21 menunjukkan pergeseran menuju pengingat atas karya-karya Allah. Pergeseran ini menunjukkan perubahan fokus, dari keterpusatan pada diri yang dilanda gelisah, menuju orientasi kepada Allah yang berdaulat. Mazmur ini kemungkinan muncul pada masa krisis kolektif yang menimbulkan rasa keterabaian: Allah yang dahulu perkasa di Laut Teberau kini terasa diam. Pemazmur merespons dengan cara mengingat karya penyelamatan di masa lalu, yaitu pembebasan dari Mesir, keajaiban di laut, dan penyertaan di padang gurun. Hal ini menegaskan bahwa identitas umat tidak bisa dipisahkan dari memori kolektif akan karya Allah. Ingatan ini bukan nostalgia belaka, melainkan kekuatan eksistensial yang meneguhkan identitas umat. Di sinilah pemazmur melakukan semacam cognitive reframing; realitas sulit tidak berubah, tetapi cara pandang diperbarui oleh memori akan karya Allah.


Pada bagian akhir, pemazmur menghadirkan gambaran kosmis: samudera bergetar, awan bergemuruh, bumi gemetar dan berguncang. Semua ini melukiskan kehadiran Allah yang perkasa sekaligus dekat. Kuasa-Nya yang dahsyat ternyata berjalan beriringan dengan kelembutan seorang gembala, yang menuntun umat melalui Musa dan Harun. Simbol-simbol ini bersifat puitis sekaligus teologis: Allah tidak hanya Allah Israel, melainkan Penguasa semesta yang memelihara ciptaan-Nya. Dengan demikian, pemazmur menyaksikan bahwa kehadiran Allah dapat dikenali bukan hanya dalam sejarah bangsa, tetapi juga dalam keteraturan kosmos yang tunduk pada-Nya.


Sahabat Alkitab, Mazmur 77 menyingkapkan bahwa ratapan bukan tanda lemahnya iman, melainkan bentuk iman yang paling jujur. Ratapan membuka ruang bagi kejujuran batin sekaligus membuka jalan menuju pujian. Perubahan ini tidak selalu lahir dari situasi yang membaik, tetapi dari keberanian untuk mengingat karya Allah yang tak pernah gagal. Di tengah dunia yang penuh krisis, seperti ketidakpastian ekonomi, konflik sosial, ancaman iklim, hingga kegelisahan eksistensial, kita pun diajak bersama pemazmur: berani jujur saat meratap, tapi juga berani mengingat. Sebab hanya dengan mengingat karya Allah, ratapan dapat ditransformasikan menjadi pujian, dan iman menemukan kekuatannya.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA

Butuh Bantuan? Chat ALIN


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia