Salah satu perasaan yang sungguh membahagiakan dan melegakan adalah saat kita mendapati situasi apapun itu yang tadinya kacau balau serta porak poranda, perlahan-lahan mulai kembali seperti sedia kala bahkan lebih baik dari sebelumnya. Inilah kecenderungan manusia untuk mendambakan pemulihan dalam hidupnya. Bukankah sedari kita hadir di dunia, sesungguhnya kita telah menyadari bahwa hidup ini begitu rapuh. Sakit penyakit, keretakan relasi, keterpurukan ekonomi, hingga kepada tragedi-tragedi lain datang silih berganti. Sebagai umat beriman kita sadar bahwa jawaban dari hal tersebut adalah pemulihan yang didatangkan oleh Allah sendiri.
Kerinduan itulah yang juga diungkapkan oleh pemazmur dalam bacaan kali ini. Allah memang Tuhan yang Maha Adil, Ia menyatakan penghukuman terhadap umat-Nya yang berdosa. Namun hal itu dikerjakan-Nya untuk membuat umat-Nya berubah. Maka akan datang masanya saat kemarahan itu mereda. Kini saatnya umat Tuhan untuk kembali datang kepada Allah dalam kekudusan serta mengharapkan pemulihan dari-Nya (ay. 9-10). Semua itu akan dikerjakan Allah kepada orang yang dekat kepada-Nya. Dengan berada dekat bersama umat-Nya, Allah pada sisi yang lain juga menegaskan serta mengajarkan agar umat tidak kembali kepada kehidupan lampau yang penuh dengan dosa.
Maka dari itu umat diundang untuk senantiasa dekat kepada-Nya agar pertolongan dan pemulihan dari Allah menjadi sebuah keniscayaan. Pengharapan inilah yang membuat kita bertahan teguh di tengah segala tantangan serta pergumulan yang ada. Kehidupan bisa saja menjadi begitu gelap dan penuh ketidakpastian, tetapi Ia tidak pernah sekalipun beranjak dari kehidupan kita. Asalkan tetap berpegang pada ketetapan-Nya.