Merayakan Kefanaan

Renungan Harian | 14 Nov 2025

Merayakan Kefanaan

Suatu hari, seorang pendeta rumah sakit melakukan kunjungan ke pasien yang sudah lama berjuang melawan penyakit terminal. Di ruang yang sunyi itu, pasien meminta satu hal sederhana, agar mereka bernyanyi bersama lagu kesukaannya, “Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau, Allahku. Maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau, Allahku". Pasien tersebut melantunkan lagu dengan suaranya yang lirih, tapi wajahnya penuh kedamaian. Singkat cerita, pendeta telah menyelesaikan pelayanan pastoralnya dan saat keluar dari ruangan itu, ia menitikkan air mata. Bukan karena sedih, tetapi karena hatinya disentuh oleh iman dan ketenangan pasien tersebut. Di hadapan kefanaan, pasien itu tidak gentar. Ia tahu kepada siapa hidupnya bersandar, yaitu kepada Tuhan yang tetap setia.

 

Kesaksian serupa kita temui dalam Mazmur 103: 15-22. Pemazmur mengingatkan kita pada realitas yang sama, bahwa hidup manusia rapuh dan fana. Pemazmur menggambarkannya dengan puitis, “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, dia tidak ada lagi dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.” (Mazmur 103: 15-16). Hidup manusia singkat, jejaknya mudah hilang. Namun di tengah kefanaan itu, ada satu hal yang tak berubah, yaitu kasih setia Tuhan, yang dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang yang takut akan Dia. Inilah paradoks hidup beriman, manusia terbatas, tetapi kasih Tuhan tidak terbatas. Hidup kita mungkin seperti embun pagi, cepat lenyap di bawah terik dunia. Namun kesetiaan Tuhan seperti langit yang tetap membentang di atasnya, luas, kokoh, dan tak terukur. Kesetiaan-Nya bukan sekadar konsep teologis, melainkan napas yang meneguhkan setiap langkah kita.

 

Mazmur ini diakhiri dengan seruan yang meluas dari bumi sampai surga: malaikat, seluruh makhluk ciptaan, bahkan jiwa kita sendiri, semuanya diajak memuji Tuhan. Seakan pemazmur ingin mengatakan bahwa kesetiaan Allah itu terlalu besar untuk disimpan sendiri; ia harus diteruskan, dinyanyikan, dirayakan bersama.

 

Sahabat Alkitab, berkaca dari mazmur di atas kita melihat sebuah pemaknaan yang begitu indah tentang waktu dan kefanaan hidup. Keduanya tidak dilihat sebagai kelemahan melainkan sebagai misteri ilahi yang membawa kita untuk menyadari Kemahakuasaan-Nya. Di hadapan kesetiaan serta kasih-Nya, kefanaan kita dirayakan. Seperti ilustrasi di atas, sang pendeta tertegun bahkan di tengah kerapuhan sekalipun dan hidup yang di batas akhir, kita tidak pernah kehilangan alasan untuk memanjatkan puji-pujian kepada Allah.

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia