Pernahkah kamu berdiri di sebuah pameran arsitektur dan terpukau melihat bagaimana rancangan yang awalnya hanya garis dan sketsa bisa menjadi bangun ruang yang hidup dan indah? Setiap detail, dari lengkung atap hingga tata cahaya, menyiratkan pikiran yang detail dan visi yang besar. Dalam keheningan ruang itu, kita bisa merasa seolah sedang menatap sesuatu yang lebih besar dari sekadar bangunan, sebuah karya yang mengandung visi, hasrat, serta harapan penciptanya.
Begitulah kira-kira perasaan pemazmur ketika ia memandang ciptaan Tuhan. Alam semesta ini bagaikan sebuah masterpiece rancang bangun, visi, serta hasrat dari Allah. Ia bagaikan seorang arsitek yang mencurahkan seluruh keberadaan-Nya melalui penciptaan karya-Nya. Megah, terukur, dan penuh harmoni. Tuhan “membentangkan langit seperti tenda” dan “mendirikan kamar-kamar-Mu di atas air di langit” (ayat 2-3). Gambaran ini bukan sekadar puisi, melainkan pernyataan iman bahwa semesta ini tidak acak, tetapi diciptakan dengan rancangan penuh kasih.
Menariknya, Mazmur ini tidak menggambarkan penciptaan sebagai hasil pertarungan kosmis seperti dalam mitologi dewa-dewa lain yang beredar pada zaman itu. Di sini, Tuhan menaklukkan kekacauan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan pembentukan tatanan baru yang didasari atas kasih serta keteraturan. Air sebagai simbol kekacauan dalam banyak kebudayaan, diatur oleh batas. Dunia menjadi tempat yang aman bagi kehidupan karena Tuhan menata segala sesuatu dalam keseimbangan.
Sahabat Alkitab, ketika kita menyadari bahwa alam semesta ini adalah karya karya Tuhan yang Agung, maka kita akan melihat dunia bukan hanya sebagai tempat untuk dieksploitasi, melainkan sebagai karya seni ilahi yang mengundang kita untuk merawatnya, bahkan menjadi sarana Allah untuk menyapa kita. Ia hadir dalam keindahan semesta ciptaan-Nya. Maka marilah hidup dengan bijaksana. Menghormati segenap ciptaan Tuhan lainnya. Bersyukurlah bahwa Tuhan tidak pernah luput menjaga, merawat, serta memelihara kehidupan.

























