Kisah Moisés: Menyembuhkan Luka Hati yang Dalam

Kisah Moisés: Menyembuhkan Luka Hati yang Dalam

 

Penyembuhan trauma berbasis Alkitab membantu seorang pelayan Tuhan menemukan kebebasan dari rasa sakit yang mendalam

 

Moisés adalah seorang pengikut Kristus dari Kolombia. Sedari kecil Moisés mengalami berbagai peristiwa menyakitkan dalam hidupnya. Waktu masih kanak-kanak, ia jatuh dari pohon dan tulang belakangnya hancur. Akibatnya ia mengalami masalah mobilitas yang parah. Setiap kali dia mencoba untuk berdiri, tubuhnya langsung jatuh. Selama berbulan –bulan Moisés tidak bisa bergerak dan kesakitan. Akhirnya, setelah bertahun -tahun orang tuanya berdoa untuknya, Moisés secara ajaib mulai sembuh. 

Tapi masalah Moisés ternyata belum berakhir. Sekitar usia 11, Moisés mengalami pelecehan seksual. Pengalaman mengerikan ini sangat membekas di ingatannya. Setiap kali mengingatnya ia merasakan “kesedihan, kesepian, dan rasa sakit” yang luar biasa di dalam hatinya. Tahun -tahun terus berlalu, rasa sakit ini bukannya hilang, malahan meningkat. Depresi membanjiri pikiran dan hati Moisés. Dia bahkan menganggap bunuh diri sebagai cara yang paling tepat untuk melarikan diri dari penderitaannya. Ditambah lagi kehidupan keluarga Moisés tidak mudah. Hidup Moisés tak pernah jauh dari kelaparan dan kekurangan gizi. Ia sekarat dan hampir mati. Dalam penderitaannya Moisés berteriak meminta pertolongan Tuhan. Hebatnya, sekali lagi keajaiban yang lain terjadi. Tubuh Moisés mulai pulih dan sembuh. Pelan namun pasti, keadaan keluarganya membaik. 

Saat bertumbuh dewasa, Moisés menjadi pemimpin yang aktif dalam komunitas Kristennya. Dia mendampingi dan mengarahkan pelayanan anak -anak di gerejanya, membimbing para pemuda, dan memimpin berbagai program pelayanan. Karena dia telah mengalami berbagai kesulitan besar dan merasakan pertolongan ajaib dari Tuhan, dia pun ingin membantu orang lain. Tetapi kegembiraan melayani orang lain tidak bisa menutupi rasa sakit yang tersisa di dalam hatinya. Penderitaan yang ia alami sebagai seorang remaja, terutama pelecehan seksual yang pernah dialami begitu menyiksa Moisés. Di luar ia mencoba ramah dan penuh suka cita, namun di dalam hati dirinya tidak bisa lepas dari kesedihan dan keputusasaan. Moisés tidak yakin apakah trauma itu akan hilang. 

Di tengah penderitaannya, Moisés diundang ke kelompok penyembuhan trauma yang diselenggarakan sebuah gereja dan lembaga Alkitab. Setelah beberapa kali mengikuti petemuan ia mulai merasakan penyembuhan sejati yang ia rindukan. "Tuhan mendengar tangisanku," demikian kesaksian Moisés. Setelah 27 tahun, Moisés membuka hatinya dan akhirnya berbicara tentang pelecehan seksual yang dia alami. Dia menemukan kenyamanan, pendampingan dan perawatan dalam kelompok penyembuhan trauma yang dipimpin oleh fasilitator terlatih, yang membantu setiap peserta menemukan harapan dalam Alkitab. Dalam kelompok ini, Moisés mengetahui bahwa Tuhan mendengar segala doa dan curahan hatinya. Dia menemukan bahwa penderitaannya tak pernah diabaikan oleh Tuhan. Tuhan selalu peduli. 

Akhirnya, Moisés mengalami penyembuhan untuk rasa sakit yang terkubur jauh di dasar hatinya. Moisés memuji Tuhan atas pelayanan penyembuhan trauma, dengan mengatakan, “Hari ini saya bisa berkata, 'Terima kasih Tuhan, saya bebas, dan luka hati saya sembuh!'