Melek Aksara demi Paham Alkitab

Melek Aksara demi Paham Alkitab

Oleh Sigit Triyono

Seorang Bapak di daerah pedalaman Papua memeluk Alkitab sambil memejamkan mata dan menangis saat menerima Alkitab dari Tim LAI. Sekitar dua puluh menitan barulah Bapak ini membuka matanya.

"Mengapa Bapak menangis begitu lama?", tanya salah satu anggota tim LAI yang hari itu bertugas membagi Alkitab dalam rangka program Satu Dalam Kasih. "Saya sangat terharu akhirnya bisa mendapatkan Alkitab yang saya tunggu sejak 30 tahun lalu," kata si Bapak tersebut setengah berbisik. 

"Lalu mengapa Bapak tidak segera membuka Alkitab tersebut?", sambung anggota tim LAI tersebut. Dengan singkat, si Bapak ini menjawab: "Saya tidak bisa membaca."

Kondisi di atas sangatlah memprihatinkan di tengah era digital yang sudah merambah ke berbagai aspek kehidupan (utamanya di kota). Menurut data resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tahun 2022 angka buta aksara di Indonesia sebesar 1,78 persen. Sementara itu, tingkat buta aksara di Provinsi Papua mencapai 21,9 persen.

Dari pengalaman LAI membagikan Alkitab ke daerah-daerah terpencil, termiskin, dan terluar (3T), program pemberantasan buta aksara (PBA) masih sangat dibutuhkan. Utamanya demi agar umat Kristiani di pelosok negeri mampu memahami Alkitab.

Sejak 2001 LAI sudah menyelenggarakan program PBA di berbagai wilayah yang membutuhkan. Sesudah tahun lalu selesai di Sumba Timur, tahun ini sedang berlangsung program PBA di Pulau Siberut Kabupaten Mentawai.

Meski sudah 22 tahun LAI menyelenggarakan program literasi ini, LAI memerlukan banyak masukan dan bantuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya. Pemutakhiran program, perluasan kemitraan, dan peningkatan inovasi adalah suatu keharusan.

Pada 12-16 Juni 2023, UBS Asia Pacifik menyelenggarakan training dan meeting di bidang literasi di Siem Reap Kamboja. Program training diperuntukkan bagi para sekretaris Umum Lembaga Alkitab dan staf pelaksana program literasi. 

Tujuan dari training ini adalah untuk menyamakan pemahaman terhadap strategi dan implementasi program "Literacy" yang selama ini sangat bervariasi di masing-masing Lembaga Alkitab. Selain training, ada meeting para Sekum Lembaga Alkitab yang hadir dalam rangka pengambilan keputusan strategis bidang literasi di wilayah Asia Pasifik.

Tiga belas Lembaga Alkitab, termasuk LAI (saya dan Lukas Mariyanto) hadir dalam acara ini. Semua peserta belajar banyak materi pelatihan yang berbasis pada "Literacy Lifecycle". Empat fasilitator yang sangat berpengalaman memfasilitasi pembelajaran dengan metode yang sangat variatif, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan rencana implementasi.

"Literacy Lifecycle" yang merupakan proses menuju Bible engagement, meliputi: "(1) Preparation, (2) Partnership, (3) Community involvement, (4) Material Development, (5) Implementation, (6) Follow up."

Para Sekum Lembaga Alkitab yang hadir juga bersepakat untuk memutakhirkan masing-masing program literasinya. Juga memberikan banyak masukan untuk peningkatan kualitas program literasi di wilayah Asia Pasifik, dan tindaklanjut dengan pembentukan "Literacy Affinity Group".

Akhirnya semua juga sepakat bahwa program literasi adalah upaya meningkatkan kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. (ST.17.6.2023).