Sejak zaman bapa leluhur Israel di zaman Perjanjian Lama, hingga zaman Perjanjian Baru, kita menemukan di Alkitab banyak orang yang menjadi nabi Tuhan, yang menyuarakan kebenaran Firman Tuhan.
Salah satunya adalah nabi Agabus, yang termasuk golongan nabi-nabi “terakhir” yang disebutkan dalam Alkitab dimana Nabi Agabus hidup pada zaman gereja mula-mula.
Pada saat itu, salah satu nabi, yaitu Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh Kudus mengatakan bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar (ay. 28). Hal menarik yang bisa kita petik adalah saat melihat apa reaksi murid-murid (jemaat Kristen) menanggapi suara nabi ini. Mereka sadar bahwa mereka juga tidak dapat berbuat apa-apa jika kelaparan akan diderita seluruh dunia (termasuk mereka sendiri yang berada di Antiokhia). Akan tetapi di tengah-tengah kekhawatiran mereka bahwa mereka juga akan menderita kelaparan tersebut, mereka tetap melakukan apa yang menurut saya luar biasa, yaitu tetap memberikan sejumlah sumbangan yang akan diberikan kepada jemaat yang ada di Yudea (ay. 29). Mereka bahkan mengirimkannya melalui perantaraan Barnabas dan Saulus (ay. 30), dua orang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar biasa oleh Tuhan.
Apakah kita bisa memberi dan memperdulikan orang lain saat kita berada dalam kondisi yang sulit? Mungkin kitapun hanya akan peduli dengan diri kita sendiri dan tidak menghiraukan orang lain, namun berbeda dengan apa yang dilakukan mereka pada zaman itu, mereka bahkan mengirim kepada orang lain dan saling tolong menolong. Dari hal ini kita belajar dalam kondisi apapun tidak mengurangi rasa kasih kita kepada orang lain dan tetap memberikan bantuan yang akan berguna bagi orang lain dan tidak sibuk mengurus diri sendiri.
Salam Alkitab untuk semua
